Senin, 10 Juni 2024

 

KRITIK DAN PUJIAN FILOSOFI TERAS

(Buku Karya Henry Manampiring)

Oleh : Riska Nilmalasari D.A, S.Pd

Filosofo Teras karya Henry Manampiring telah mendapatkan berbagai pujian dan kritik dari para pembaca dan kritikus. Berikut adalah beberapa kritik yang sering disebutkan mengenai buku ini:

1.      Pendekatan yang Terlalu Sederhana

Beberapa pembaca merasa bahwa penjelasan Stoikisme dalam buku ini terlalu disederhanakan. Stoikisme adalah filosofi yang kaya dan kompleks, dan penyederhanaan yang berlebihan dapat membuat pemahaman tentang filosofi ini menjadi dangkal.

2.      Kurangnya Kedalaman Filosofis

Bagi pembaca yang sudah memiliki pemahaman mendalam tentang filsafat, buku ini mungkin terasa kurang mendalam. Buku ini lebih berfokus pada aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari daripada menggali teori dan sejarah Stoikisme secara mendetail.

3.      Pengulangan Konsep

Ada kritik bahwa beberapa konsep dan ide diulang-ulang sepanjang buku, yang bisa membuat pembaca merasa bosan atau merasa bahwa kontennya tidak sepadat yang diharapkan.

4.      Pendekatan Modernisasi

Upaya untuk memodernisasi Stoikisme dan mengaitkannya dengan kehidupan modern mendapat kritik dari beberapa kalangan. Mereka merasa bahwa dalam upaya untuk membuat Stoikisme relevan dengan konteks modern, esensi asli dan kedalaman filosofis dari ajaran Stoik mungkin sedikit terabaikan.

5.      Gaya Penulisan

Beberapa pembaca merasa bahwa gaya penulisan Henry Manampiring terlalu informal dan cenderung santai, yang mungkin tidak cocok untuk semua orang. Ada yang lebih menyukai pendekatan yang lebih serius dan akademis dalam buku filsafat.

6.      Kurangnya Sumber dan Referensi

Meskipun buku ini dimaksudkan untuk menjadi pengantar praktis, beberapa pembaca merasa bahwa lebih banyak referensi ke teks asli Stoik dan karya-karya akademis lainnya akan menambah kredibilitas dan kedalaman buku ini.

Selain kritik yang telah disampaikan dari buku tersebut tidak sedikit pula pujian yang disampaikan oleh para pembaca dikarenakan :

1.      Pendekatan Praktis

 Buku ini berhasil membuat filosofi Stoikisme dapat diakses dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Penulisan yang Mudah Dipahami

Gaya penulisan yang santai dan mudah dipahami membuat buku ini menarik bagi pembaca umum yang mungkin baru mengenal filosofi.

3.      Relevansi Modern

Buku ini berhasil menunjukkan bagaimana ajaran kuno dapat diterapkan dalam konteks kehidupan modern, memberikan alat yang bermanfaat untuk mengatasi tantangan sehari-hari.

4.      Penerapan yang Terlalu Umum

Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa contoh penerapan Stoikisme dalam kehidupan sehari-hari yang diberikan dalam buku ini terlalu umum atau klise, sehingga sulit untuk diterapkan secara spesifik dalam situasi pribadi mereka.

5.      Kurangnya Pendekatan Akademis

Buku ini lebih bersifat populer daripada akademis. Para pembaca yang mencari analisis kritis atau sejarah lengkap Stoikisme mungkin merasa kecewa karena kurangnya pendekatan akademis yang mendalam dan analisis kritis terhadap berbagai tafsir Stoikisme.

6.      Pengabaian Aspek-aspek Negatif

Stoikisme, seperti semua filosofi, memiliki kelemahan dan kritiknya sendiri. Buku ini mungkin dianggap terlalu mengagungkan Stoikisme tanpa cukup mengakui atau membahas kelemahan atau kritik historis terhadap filosofi ini.

7.      Kurangnya Konteks Historis

 Sementara buku ini memfokuskan pada penerapan praktis, beberapa pembaca mungkin menginginkan lebih banyak konteks historis tentang bagaimana Stoikisme berkembang dan bagaimana ajarannya diterapkan dalam konteks sejarah yang berbeda.

8.      Penekanan Berlebihan pada Positivisme

Ada kritik bahwa pendekatan buku ini kadang terlalu optimis, mengabaikan nuansa dan kesulitan yang mungkin dihadapi seseorang saat mencoba menerapkan Stoikisme dalam kehidupan nyata, terutama dalam situasi yang sangat sulit atau traumatis.

9.      Perbandingan dengan Buku Lain

Pembaca yang sudah familiar dengan literatur Stoikisme mungkin merasa bahwa buku ini tidak menawarkan banyak hal baru dibandingkan dengan karya lain yang lebih mendalam dan komprehensif seperti karya-karya Ryan Holiday atau buku klasik seperti "Meditations" oleh Marcus Aurelius.

10.  Tidak Semua Orang Terhubung dengan Gaya Hidup Modern

Beberapa kritik menyatakan bahwa penekanan pada aplikasi dalam kehidupan modern mungkin tidak relevan bagi semua pembaca, terutama mereka yang tidak berbagi gaya hidup atau tantangan yang sama seperti yang digambarkan dalam buku ini.

Meskipun kritik-kritik ini ada, Filosofi Teras tetap dianggap sebagai kontribusi penting dalam membuat filosofi Stoikisme lebih dapat diakses dan praktis bagi pembaca modern. Secara keseluruhan, Filosofi Teras adalah buku yang cocok bagi mereka yang mencari pengenalan praktis dan mudah dipahami tentang Stoikisme, meskipun mungkin kurang memuaskan bagi mereka yang mencari analisis filosofis yang lebih mendalam.

 

FILOSOFI TERAS

(Resume Buku Karya Henry Manampiring)

Oleh : Riska Nilmalasari D.A, S.Pd

Filosofi Teras adalah buku karya Henry Manampiring yang berfokus pada filosofi Stoikisme dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini bertujuan untuk memperkenalkan Stoikisme sebagai alat praktis untuk menghadapi berbagai tantangan hidup modern. Berikut adalah rangkuman dari buku Filosofo Teras :

1.      Konsep utama Stoikisme yaitu filosofi yang berasal dari Yunani Kuno, yang mengajarkan tentang pentingnya mengendalikan diri, mengatasi emosi negatif, dan menerima hal-hal yang berada di luar kendali kita.

2.      Dikotomi Kendali - Salah satu konsep utama dalam Stoikisme adalah membedakan antara hal-hal yang bisa kita kendalikan (pikiran, tindakan, dan sikap kita) dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan (pendapat orang lain, peristiwa eksternal). Fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan dapat membawa kedamaian batin.

3.      Amor Fati - Konsep ini berarti mencintai takdir, menerima segala yang terjadi sebagai bagian dari kehidupan. Dengan menerima takdir, kita bisa hidup dengan lebih damai dan tanpa penyesalan.

4.      Memento Mori - Mengingat kematian adalah cara untuk menghargai setiap momen yang kita miliki. Ini bukan untuk menakuti, tetapi untuk mendorong kita hidup lebih penuh dan bermakna.

5.      Latihan Mental - Stoikisme mengajarkan latihan-latihan mental seperti refleksi harian, visualisasi negatif, dan meditasi untuk membangun ketahanan mental dan emosional.

Dalam buku tersebut juga menggambarkan aplikasi praktis, yaitu:

1.      Mengatasi Stres dan Kecemasan - Dengan mempraktikkan dikotomi kendali, kita bisa mengurangi stres dan kecemasan yang disebabkan oleh hal-hal di luar kendali kita.

2.      Membangun Ketahanan Emosional - Stoikisme membantu kita untuk tidak terpengaruh oleh emosi negatif seperti marah, iri hati, atau kesedihan dengan melatih diri untuk melihat situasi dari perspektif yang lebih luas dan rasional.

3.      Meningkatkan Kualitas Hidup - Dengan fokus pada nilai-nilai seperti kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan disiplin diri, kita bisa menjalani hidup yang lebih bermakna dan memuaskan.

4.      Refleksi Harian - Melakukan refleksi harian untuk mengevaluasi tindakan dan sikap kita, serta mempersiapkan diri untuk tantangan yang akan datang.

Dalam buku tersebut juga memiliki manfaat dari pemikiran stoikisme:

1.      Penerimaan dan Kedamaian Batin - Dengan menerima hal-hal yang tidak bisa kita ubah, kita bisa hidup dengan lebih damai dan tanpa beban berlebih.

2.      Kekuatan Mental - Stoikisme membantu kita membangun ketahanan mental yang kuat, memungkinkan kita menghadapi kesulitan dengan lebih baik.

3.      Pengembangan Diri - Filosofi ini mendorong kita untuk terus berkembang dan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri melalui latihan kebajikan.

Filosofi Teras adalah panduan praktis untuk mengaplikasikan ajaran Stoikisme dalam kehidupan modern. Buku ini menggabungkan teori dengan praktik, memberikan pembaca alat konkret untuk meningkatkan kualitas hidup mereka melalui filosofi yang telah teruji oleh waktu. Henry Manampiring menyajikan Stoikisme dengan cara yang mudah dipahami dan relevan, membuatnya dapat diakses oleh siapa saja yang mencari cara untuk hidup lebih bahagia dan bermakna.

 

Mampukah Merdeka Belajar Mewujudkan Generasi Berkualitas? 

Penulis: Riska Nilmalasari D.A (Aktivis Muslimah, Praktisi Pendidikan)

Kurikulum merdeka menjadi harapan perbaikan pendidikan di Indonesia sebagai bentuk memberikan kebebasan pembelajaran bagi yang terkait dengan dunia pendidikan. Sehingga mampu menghasilkan generasi yang terbangun karakternya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Tetapi, hingga tahun 2024 kurikulum yang sudah mengalami berbagai inovasi dan program yang menyeluruh hampir berkenaan dengan tiap daerah di Indonesia ini masih saja tidak memberikan perbaikan yang signifikan dunia pendidikan. Kritik pedas terhadap Kurikulum Merdeka tidak hanya bersifat subjektif, namun juga didukung fakta nyata seperti hasil evaluasi PISA 2022 yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan harapan. Perbandingan dengan kurikulum sebelumnya, seperti Kurikulum 13, semakin menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka belum mampu lepas dari kelemahan-kelemahan yang sudah ada. Evaluasi terhadap berbagai parameter kualitas kurikulum ini menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. (Kompas.com 4/1/2024)

Kurikulum Merdeka, yang diadopsi sebagai kurikulum nasional pada tahun 2024, masih dianggap belum memberikan kejelasan dalam penerapannya. Salah satu kritik utama adalah bahwa kurikulum ini terlalu berfokus pada pengembangan kompetensi dan daya saing peserta didik dalam hal-hal yang bersifat materi, sementara aspek pembinaan agama dan mental cenderung terabaikan. Selain itu, kurikulum ini memang mendorong kearifan lokal, namun hal ini sering kali menjauhkan kesadaran spiritual dari posisi utama dalam pendidikan, menjadikannya hanya sebagai tambahan. Padahal, pembinaan spiritual dan mental seharusnya menjadi salah satu pilar utama dalam pendidikan yang holistik dan seimbang. Merdeka belajar dari segi program juga menimbulkan pro kontra yang dalam implementasinya juga belum memberikan efek yang menyeluruh dalam nilai positif dan meningkatkan kreativitas generasi. Justru membawa dampak ke arah budaya-budaya kebebasan dalam moral yang bisa diserap dan membawa dampak yang buruk bagi generasi.

Maka hal ini menjadi deretan panjang perjalanan yang membawa catatan sejarah pendidikan di Indonesia yang berfokus sebagai hak rakyat indonesia tidak tercapai hingga saat ini. Kurikulum Merdeka belum mampu menjadi solusi dalam memperbaiki taraf generasi dalam bidang pendidikan. Faktanya, hari ini semakin banyak potret buram pendidikan dalam semua aspek, baik dari guru maupun peserta didik yang melakukan berbagai kemaksiatan, kejahatan, dan pelanggaran hukum. Oleh karena itu, Kurikulum Merdeka justru akan menguatkan sekularisme dan kapitalisme dalam kehidupan, melahirkan generasi yang buruk kepribadiannya, dan menjadikan generasi terjajah oleh budaya Barat yang merusak karakter yang sebelumnya sudah terbangun dalam sistem yang memang mengarah pada hal yang buruk.

Padahal pendidikan adalah pionir utama dalam suatu negara  berkontribusi perbaikan generasi juga seharusnya menjadi salah satu aspek strategis yang menentukan generasi masa depan.  Islam mentargetkan terbentuknya generasi berkualitas, beriman, bertakwa, terampil dan berjiwa pemimpin serta menjadi problem solver. Dalam islam negara berperan amat pentingnya program kurikulum pendidikan akan diawasi dengan baik sesuai dengan kebutuhan generasi yang mengarah perbaikan segala aspek. Islam memiliki sistem Pendidikan terbaik berbasis akidah Islam yang terbukti berhasil melahirkan generasi berkualitas, menjadi agen perubahan dan membangun peradaban yang mulia.  Negara memiliki tanggung jawab mewujudkannya.

Wallahualam bi ash-shawâb…

 

Investasi pada Perempuan: Benarkah Makin Memuliakan Perempuan?

Oleh : Riska Nilmalasari D.A

Merujuk kata “investasi”, ini merupakan istilah yang sering kita dengarkan dalam ekonomi di era sekarang, seiring perkembangan zaman investasi amat diminati karena merupakan bentuk sistem yang mampu menjamin sendi kehidupan yang sejahtera di masa yang akan datang klaimnya.

Tema investasi juga diangkat pada kegiatan hari perempuan sedunia 'invest In Women: Accelerate Progress’ ('Berinvestasi pada Perempuan Mempercepat Kemajuan’). Negara didorong untuk berinvestasi dengan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk belajar dan berkarya, termasuk menyediakan cukup dana untuk mewujudkan kesetaraan gender. Maka kelak negara dianggap akan mendapatkan banyak keuntungan.

Berikut adalah lima bidang utama yang memerlukan tindakan bersama pada kegiatan Peringatan Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day yang jatuh ada tanggal 8 Maret, sebagaimana dikutip dari [Detiknews.com Jumat, 2 Februari 2024], yaitu:

Pertama, berinvestasi pada perempuan: masalah hak asasi manusia, kesetaraan gender masih menjadi tantangan hak asasi manusia yang terbesar. Berinvestasi pada perempuan merupakan sebuah keharusan dalam hak asasi manusia dan landasan untuk membangun masyarakat inklusif. Kemajuan bagi perempuan bermanfaat bagi kita semua

Kedua, mengakhiri kemiskinan pandemi COVID, konflik geopolitik, bencana iklim, dan gejolak ekonomi menyebabkan 75 juta orang jatuh ke dalam kemiskinan parah sejak tahun 2020. Tindakan segera sangat penting untuk mencegah lebih dari 342 juta perempuan dan anak perempuan hidup dalam kemiskinan pada tahun 2030.

Ketiga, menerapkan pembiayaan responsif gender, Akibat konflik dan kenaikan harga bahan bakar dan pangan, perkiraan terbaru menunjukkan bahwa 75 persen negara akan membatasi belanja publik pada tahun 2025. Penghematan berdampak negatif terhadap perempuan dan mengurangi pengeluaran pemerintah untuk layanan publik penting dan perlindungan sosial.

Keempat, peralihan ke perekonomian ramah lingkungan dan masyarakat yang peduli. Sistem ekonomi saat ini memberikan dampak yang tidak proporsional terhadap perempuan. Para pendukung mengusulkan peralihan ke ekonomi hijau dan masyarakat peduli untuk memperkuat suara perempuan.

Kelima, mendukung gerakan feminis yang melakukan perubahan organisasi feminis memimpin upaya untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan perempuan. Namun, negara-negara tersebut masih kekurangan dana dan hanya menerima 0,13 persen dari total bantuan pembangunan resmi.

Tujuannya untuk meningkatkan kesetaraan, menghilangkan diskriminasi, serta menjamin hak-hak kaum perempuan untuk memastikan perempuan tidak tertinggal. Perempuan juga didorong untuk berkarya / bekerja agar dapat berperan  atau ikut serta untuk mengentaskan kemiskinan. Semuanya tentu dalam paradigma kehidupan saat ini, yaitu kapitalisme dengan semua nilai turunannya.

Kesetaraan gender lagi-lagi diangkat sebagai solusi menuntaskan permasalahan wanita hari ini yang jelas paradigma itu berasal dari barat yang amat kental kapitalisme sekulernya. Belum lagi feminisme terus saja digaungkan dalam kehidupan hari ini sebagai gerakan yang membawa perempuan pada hakikat berharga tapi nyatanya tidak pernah berhasil dari terbentuknya hingga sekarang.

Mari telisik lebih dalam terkait paradigma hidup hari ini, di mana perempuan dianggap berkelas ketika ia mampu menghasilkan uang yang mana standarnya mereka itulah yang dimaksud berkarya. Standar penampilan wanita selain dari penghasilan juga ditetapkan dengan penampilan fisiknya, hingga mental yang seharusnya tidak melekat pada wanita yaitu child free, my body my authority, ketidakinginan untuk menikah, dan berbagai aturan liberal lainnya.

Kesibukan dengan alasan berkarya juga membuat wanita mampu melupakan fitrah dan peran domestiknya dalam rumah tangga, serta harusnya menjaga izzah dan iffahnya sebagaimana tujuan penciptaan wanita yaitu ummu madrasatul ula dan ummu wa rabbatul bayt. Tergambar dengan jelas dari aktivitas wanita hari ini tersibukkan dengan hal-hal yang bersifat manfaat atau materi semata baik dengan keterpaksaan maupun sukarela. Ya, begitulah sistem kapitalisme mendesain mereka menjadi manusia teralihkan.

Tapi apakah dengan begitu wanita mampu mempercepat kemajuan?

Tentu saja tidak, sering sekali kita mendengar kalimat wanita merupakan tiangnya suatu bangsa, jika menginginkan bangsa untuk rusak maka rusaklah wanitanya. Maka apa yang diharapkan jika wanita dibangun dari paradigma kebermanfaatan hingga investasi jangka panjang dan pusat kemajuan jika mereka dijauhkan dari fitrah.

Islam menetapkan bahwa negara bertanggung jawab untuk memenuhi hak setiap individu termasuk pendidikan dan kesempatan yang sama untuk berkarya.  Namun Islam memiliki ketentuan rinci atas peran serta perempuan dan kiprahnya dalam masyarakat. Poin penting yang harus diingat adalah Islam menempatkan perempuansebagai ummu wa rabbatul baiti atau sebagai pengatur jalannya rumah tangga, dan dalam Islam mendidik perempuan adalah investasi untuk membangun peradaban yang mulia bukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Belum lagi hak-hak wanita akan dijamin oleh negara baik itu berasal dari suaminya ataupun keluarganya agar mendapatkan posisi terbaiknya tak perlu feminis, kesetaraan, apalagi hak asasi tapi cukup dengan islam maka wanita akan mulia dunia dan akhirat.

Wallahualam bi ash-shawâb…