Senin, 10 Juni 2024

 

Investasi pada Perempuan: Benarkah Makin Memuliakan Perempuan?

Oleh : Riska Nilmalasari D.A

Merujuk kata “investasi”, ini merupakan istilah yang sering kita dengarkan dalam ekonomi di era sekarang, seiring perkembangan zaman investasi amat diminati karena merupakan bentuk sistem yang mampu menjamin sendi kehidupan yang sejahtera di masa yang akan datang klaimnya.

Tema investasi juga diangkat pada kegiatan hari perempuan sedunia 'invest In Women: Accelerate Progress’ ('Berinvestasi pada Perempuan Mempercepat Kemajuan’). Negara didorong untuk berinvestasi dengan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk belajar dan berkarya, termasuk menyediakan cukup dana untuk mewujudkan kesetaraan gender. Maka kelak negara dianggap akan mendapatkan banyak keuntungan.

Berikut adalah lima bidang utama yang memerlukan tindakan bersama pada kegiatan Peringatan Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day yang jatuh ada tanggal 8 Maret, sebagaimana dikutip dari [Detiknews.com Jumat, 2 Februari 2024], yaitu:

Pertama, berinvestasi pada perempuan: masalah hak asasi manusia, kesetaraan gender masih menjadi tantangan hak asasi manusia yang terbesar. Berinvestasi pada perempuan merupakan sebuah keharusan dalam hak asasi manusia dan landasan untuk membangun masyarakat inklusif. Kemajuan bagi perempuan bermanfaat bagi kita semua

Kedua, mengakhiri kemiskinan pandemi COVID, konflik geopolitik, bencana iklim, dan gejolak ekonomi menyebabkan 75 juta orang jatuh ke dalam kemiskinan parah sejak tahun 2020. Tindakan segera sangat penting untuk mencegah lebih dari 342 juta perempuan dan anak perempuan hidup dalam kemiskinan pada tahun 2030.

Ketiga, menerapkan pembiayaan responsif gender, Akibat konflik dan kenaikan harga bahan bakar dan pangan, perkiraan terbaru menunjukkan bahwa 75 persen negara akan membatasi belanja publik pada tahun 2025. Penghematan berdampak negatif terhadap perempuan dan mengurangi pengeluaran pemerintah untuk layanan publik penting dan perlindungan sosial.

Keempat, peralihan ke perekonomian ramah lingkungan dan masyarakat yang peduli. Sistem ekonomi saat ini memberikan dampak yang tidak proporsional terhadap perempuan. Para pendukung mengusulkan peralihan ke ekonomi hijau dan masyarakat peduli untuk memperkuat suara perempuan.

Kelima, mendukung gerakan feminis yang melakukan perubahan organisasi feminis memimpin upaya untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan perempuan. Namun, negara-negara tersebut masih kekurangan dana dan hanya menerima 0,13 persen dari total bantuan pembangunan resmi.

Tujuannya untuk meningkatkan kesetaraan, menghilangkan diskriminasi, serta menjamin hak-hak kaum perempuan untuk memastikan perempuan tidak tertinggal. Perempuan juga didorong untuk berkarya / bekerja agar dapat berperan  atau ikut serta untuk mengentaskan kemiskinan. Semuanya tentu dalam paradigma kehidupan saat ini, yaitu kapitalisme dengan semua nilai turunannya.

Kesetaraan gender lagi-lagi diangkat sebagai solusi menuntaskan permasalahan wanita hari ini yang jelas paradigma itu berasal dari barat yang amat kental kapitalisme sekulernya. Belum lagi feminisme terus saja digaungkan dalam kehidupan hari ini sebagai gerakan yang membawa perempuan pada hakikat berharga tapi nyatanya tidak pernah berhasil dari terbentuknya hingga sekarang.

Mari telisik lebih dalam terkait paradigma hidup hari ini, di mana perempuan dianggap berkelas ketika ia mampu menghasilkan uang yang mana standarnya mereka itulah yang dimaksud berkarya. Standar penampilan wanita selain dari penghasilan juga ditetapkan dengan penampilan fisiknya, hingga mental yang seharusnya tidak melekat pada wanita yaitu child free, my body my authority, ketidakinginan untuk menikah, dan berbagai aturan liberal lainnya.

Kesibukan dengan alasan berkarya juga membuat wanita mampu melupakan fitrah dan peran domestiknya dalam rumah tangga, serta harusnya menjaga izzah dan iffahnya sebagaimana tujuan penciptaan wanita yaitu ummu madrasatul ula dan ummu wa rabbatul bayt. Tergambar dengan jelas dari aktivitas wanita hari ini tersibukkan dengan hal-hal yang bersifat manfaat atau materi semata baik dengan keterpaksaan maupun sukarela. Ya, begitulah sistem kapitalisme mendesain mereka menjadi manusia teralihkan.

Tapi apakah dengan begitu wanita mampu mempercepat kemajuan?

Tentu saja tidak, sering sekali kita mendengar kalimat wanita merupakan tiangnya suatu bangsa, jika menginginkan bangsa untuk rusak maka rusaklah wanitanya. Maka apa yang diharapkan jika wanita dibangun dari paradigma kebermanfaatan hingga investasi jangka panjang dan pusat kemajuan jika mereka dijauhkan dari fitrah.

Islam menetapkan bahwa negara bertanggung jawab untuk memenuhi hak setiap individu termasuk pendidikan dan kesempatan yang sama untuk berkarya.  Namun Islam memiliki ketentuan rinci atas peran serta perempuan dan kiprahnya dalam masyarakat. Poin penting yang harus diingat adalah Islam menempatkan perempuansebagai ummu wa rabbatul baiti atau sebagai pengatur jalannya rumah tangga, dan dalam Islam mendidik perempuan adalah investasi untuk membangun peradaban yang mulia bukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Belum lagi hak-hak wanita akan dijamin oleh negara baik itu berasal dari suaminya ataupun keluarganya agar mendapatkan posisi terbaiknya tak perlu feminis, kesetaraan, apalagi hak asasi tapi cukup dengan islam maka wanita akan mulia dunia dan akhirat.

Wallahualam bi ash-shawâb…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar