Senin, 29 April 2019

Peradaban Islam

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di duniam odern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari duniaIslamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), dimensidan poliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnyadiliputi oleh masagelap (Dark Ages) mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment(pencerahan) di Eropa.
Melalui dunia Islam lah mereka mendapat akses untuk mendalamidanmengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut Gore barton, ketika dunia Baratsudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani,melainkan kepada sumber- sumber Arab (Islam).
Islam juga hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah. Akan tetapi, untukselanjutnya Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjurudunia. Dalam perkembangan peradaban dunia memang Islam tidak bisa dilepaskandari perkembangannya sejak dari zaman Rasulullah SAW sampai sekarang pun, islam banyak  memberi kontribusi terhadap dunia. Dari zaman Rasulullah SAW, Islam merubah peradaban yang ada di Jazirah Arab dan sampai sekarang kita masih dapatmerasakan nikmat dari perubahan peradaban yang dibawa Islam. Ajaran Islam yangtelah tersebar ke berbagai penjuru dunia selama berabad-abad tentunya meninggalkantinta emas dan torehan positif berupa khasanah keilmuan bagi peradaban dunia,meskipun tidak ada lagi kekuasaan Islam secara mutlak.
Secara historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan beberapa aspek pada peradaban dunia. Begitupun setelah selesai masakenabian yang ditutup dengan wafatnya Rasulullah SAW, perkembangan dan pemikiran peradaban Islam dalam sejarahnya telah menunjukkan berbagai varian.Varian itu berupa metode, visi, dan kerangka berpikir yang berbeda dari pemikiranyang satu dengan yang lainnya. Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambilkeuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun danmemajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada diatas maka, rumusan masalah yang di dapat adalah sebagai berikut:
Bagaimana kontribusi Islam dalam pengembanagn peradaban dunia?
Bagaimana transformasi peradaban Islam kepada peradaban dunia?
Tujuan
Untuk mengetahui kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia
.untuk mengetahui transformasi peradaban islam kepada peradaban dunia.

BAB II
PEMBAHASAN

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia
Dengan mengetahui tentang lata belakang Islam dari masa periodesasi yang ada, maka nanti kita akan mudah dalam menyimpulkan apa saja kontribusi Islam terhadap peradaban dunia. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Harun Nasution, bahwa dalam sejarah, Islam dicatat dan diringkas menjadi tiga periode, yakni periode  klasik  (650-1250  M),  periode  pertengahan  (1250-1800 M),  dan  periode  modern  (1800  M-sekarang).
Periode klasik terbagi ini menjadi dua, yaitu masa kemajuan Islam I  (650-1000  M)  dan  masa  disintegrasi  (1000-1250  M).  Masa  ini  bisa disebut  sebagai  awal  dari  masa  keemasan Islam. Atau dengan kata lain, masa ini adalah masa dimana Islam tumbuh subur di berbagai belahan bumi, yang mana pada dasarnya Islam ini merupakan agama yang diemban oleh Rasululloh saw dan para rombongan orang-orang pilihan dari gurun yang tandus untuk menaklukan Jazirah Arab dan seluruh dunia untuk mengajak kepada ketauhidan. Yakni mengajak kepada pengakuan hanya ada satu Tuhan saja yang berhak disembah saja, yakni Allah swt.
Singkat cerita, setelah Rasululloh saw mendapat wahyu pertama yakni QS. Al-‘Alaq dan turun setelahnya AL-Mudatsir ayat 1-7 tentang perintah dakwah. Maka Rasulullloh saw segera bergegas untuk menyebarkan Islam ini sebagai agamaRahmatan lil ‘Alamin. Beliau memulai dakwah Islam ini kepada orang-orang yang terdekat terlebih dahulu. Sampai akhirnya beliau mampu untuk membentuk hegemoni masyrakat yang luar biasa hebat dalam Madinah Munawaroh sehingga bertambah kuatlah Islam tersebut. Maka tidak heran apabila pada kala itu dikenal sebagai Golden Age.
Sebelum  Nabi Muhammad  saw.  wafat,  ekspansi  Islam  telah  berhasil  menguasai Semenanjung  Arabia  (Arabian  Peninsula).  Ekspansi  ke  luar  wilayah Arab  baru  dimulai  pada  masa  khalifah  pertama  Abu  Bakar  AshShiddiq. Selain dalam hal ekspansi, pada masa Rasulullah  saw.,  Islam merupakan  jalan  keluar  bagi  kerusakan  akidah  atau  tauhid masyarakat  Arab.  Islam  mengajarkan  menyembah  hanya  kepada Tuhan  Yang  Maha  Esa.
Konsep  tauhid  Islam  inilah  yang  kemudian sebagai  cikal-bakal  dari  lahirnya  integrasi  umat  manusia.  Misi Rasulullah  saw.  ialah  membawa  kedamaian,  persatuan,  dan  kasih sayang  sesama  manusia,  suatu  misi  yang  sangat  berlawanan  bagi kultur  dan  kebiasaan  masyarakat  Arab  Jāhiliyah  yang  selalu mengutamakan kepentingan kelompok masing-masing. Islam  yang  dibawa  oleh  Nabi  Muhammad  saw.  selanjutnya dikembangkan oleh para sahabat.
Masa kemajuan Islam I (bagian dari periode  klasik)  ini  ditandai  oleh  adanya  sejarah  empat  sahabat  Nabi Muhammad yang dalam kajian Islam akrab disebut sebagai Khulafā`ur Rāsyidīn, yaitu Abu Bakar (menjabat sebagai  amīr al-mu‟minīn  tahun 632-634 M), Umar bin Khattab (634-644 M), Utsman bin Affan (644-656 M), dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M). Pada masa ini Islam mulai tersebar  di  luar  wilayah  Semenanjung  Arab.  Terjadi  penaklukan-penaklukan  Islam  terhadap  beberapa  wilayah,  seperti  Damaskus, Mesir, Irak. Palestina, Syiria, dan Persia.
Pergerakan  dari  “kerajaan”  Khulafā`ur  Rāsyidīn  selanjutnya diteruskan oleh Dinasti  Umayyah (661-750 M). Ekspansi penyebaran Islam  semakin  luas  pada  zaman  ini.  Daerah-daerah  yang  dikuasai Islam  pada  masa  ini  adalah  Syiria,  Palestina,  Afrika  Utara,  Irak, Semenanjung  Arabia,  Persia,  Afghanistan,  dan  Asia  Tengah (Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan). Di  samping  itu,  pada  masa  ini  juga  ditandai  dengan berkembangnya  kebudayaan  Arab.
Sumbangsih dan peran  dari  Khalifah  Abdul Malik dengan  perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa  Pahlawi  ke  bahasa  Arab,  membuat  masyarakat  semakin menaruh perhatian terhadap bahasa Arab. Penyair-penyair Arab-baru bermunculan  pada  masa  ini,  seperti  Qays  bin  Al-Mulawwah  (w.  699 M),  Jamil  Al-Udhri  (w.  701  M),  Al-Akhtal  (w.  710  M),  Umar  bin  Abi Rabi‟ah  (w.  719  M),  Al-Farazdaq  (w.  732  M),  dan  Jarir  (w.  792  M). Tidak hanya  itu,  perhatian  dalam bidang  tafsir,  hadis, fikih,  dan  ilmu kalam juga hadir pada masa ini.
Peradaban  Islam  semakin  maju  dengan  perpindahan kekuasaan  dari  Dinasti  Bani  Umayyah  ke  Dinasti  Bani  Abbasiyah. Pusat  kota  kerajaan  Bani  Abbasiyah  terletak  di  Baghdad menggantikan  kota  Damaskus  pada  masa  Dinasti  Umayyah. Perpindahan ibu kota kerajaan ini dilakukan oleh Khalifah Al-Manshur (754-775 M). Pada tahun 775 M kepemimpinan Al-Manshur digantikan oleh  Khalifah  Al-Mahdi  (775-785).  Pada  zaman  ini  perekonomian negara  mulai  meningkat  dengan  berkembangnya  bidang  pertanian dan pertambangan.
Pada  masa  Bani  Abbasiyah  perhatian  terhadap  ilmu pengetahuan  mulai  tumbuh,  khususnya  pada  masa  kepemimpinan Harun  Al-Rasyid  (785-809  M)  dan  Al-Ma‟mun  (813-833).  Perhatian terhadap  ilmu  pengetahuan  ini  ditandai  dengan  penerjemahan  buku buku yang  berbahasa  Yunani dan Bizantium ke  dalam bahasa Arab. Untuk  kegiatan  menerjemahkan  buku-buku  ini,  Khalifah  Al-Ma‟mun mendirikan  Bait  al-Hikmah.  Di  antara  cabang-cabang  ilmu pengetahuan  yang  diutamakan  dalam  Bait  al-Hikmah  ini  adalah  ilmu kedokteran, fisika, geografi, astronomi, optik, sejarah, dan filsafat.
Pada masa kemajuan Islam ini terdapat integrasi dari beberapa cabang ilmu pengetahuan. Dalam ilmu kedokteran, terkenal nama Ar-Razi yang di Eropa dikenal dengan nama  Rhazes. Karya-karyanya di bidang  kedokteran diterjemahkan  ke  dalam  bahasa  Latin  untuk digunakan  di  Eropa.  Selain  Ar-Razi,  yang  tidak  kalah  masyhur  dan terkenal adalah Ibnu Sina seorang filsuf sekaligus dokter. Ia menulis satu  ensiklopedia  dalam  ilmu  kedokteran  berjudul  Al-Qānūn  fī  AthThibb  (Canon  of  Medicine).  Buku  ini  digunakan  di  Eropa  sampai pertengahan kedua dari abad XVII.
Integrasi juga terjadi dalam bidang bahasa,  kebudayaan,  astronomi,  optik,  ilmu  kimia,  geografi,  dan filsafat. Yang  menarik,  pada  periode  ini  pula  ilmu-ilmu  keagamaan dalam Islam mulai disusun. Dalam bidang penyusunan hadisterkenal nama  Imam  Bukhari  dan  Muslim.  Dalam bidang  fikih, terkenal  nama Imam  Abu  Hanifah,  Imam  Malik  bin  Anas,  Imam  Syafi‟i,  dan  Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ath-Thabari terkenal dalam bidang tafsir dan Ibnu  Hisyam  terkenal  dalam  bidang  sejarah.
Perumusan  konsep teologi dihadirkan oleh Washil bin Atha‟, Ibnu Huzail Al-Allaf dan lainlain dari golongan Muktazilah.  Adapun dari Ahlu Sunnah, terkenal Abu Hasan  Al-Asy‟ari  dan  Al-Maturidi.  Dalam  bidang  tasawuf,  terdapat nama  Abu  Yazid  Al-Busthami,  Husain  bin  Mansur  Al-Hallaj,  dan sebagainya.  Periode  ini  merupakan  masa  peradaban  Islam  yang tertinggi dari periode-periode yang ada.
Dalam  perkembangan  selanjutnya  Islam  mengalami disintegrasi  politik  dan  perpecahan  di  kalangan  umat  yang menyebabkan  Islam  mundur  dari  pentas  atau  panggung  peradaban dunia.  Ditambah  dengan  upaya diterjemahkannya  buku-buku  ilmu pengetahuan dan filsafat karangan para ahli dan filsuf Islam ke dalam bahasa  Eropa  pada  abad  ke-12  M,  menandai  berakhirnya  fase kemajuan  Islam  I  (650-1000  M).  Periode  ini  disebut  dengan  masa disintegarsi  (1000-1250  M).  Masa  ini  ditandai  dengan  adanya kerajaan-kerajaan  independen  yang  ingin  memisahkan  diri  dari kepemimpinan  seorang  khalifah.  Disintegrasi  politik  tersebut  yang menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam.
periode pertengahan (1250-1800 M). Pada zaman  ini  tidak  ada  perkembangan  yang  berarti  bagi  peradaban Islam,  kecuali  hanya  sedikit.  Perkembangan  itu  pun  hanya  bersifat memperluas kekuasaan Islam ke dalam beberapa wilayah, seperti di Mesir, India, Persia, Turki, dan lain-lain. Rekaman sejarah yang paling terlihat  dan  dikenal  masyarakat  pada  umumnya  pada  zaman  ini adalah  penaklukan  Konstantinopel  dari  Kerajaan  Bizantium  pada tahun 1453 M oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (1451-1481 M).
Pada  zaman  ini  terdapat  tiga  kerajaan  besar,  yaitu  Kerajaan Utsmani  di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Masing-masing dari kerajaan ini tidak memperlihatkan kontribusi bagi  peradaban  Islam  secara  signifikan.
Peperangan  demi peperangan  bahkan  sering terjadi pada masa tiga kerajaan besar ini untuk  menguasai  wilayah  tertentu.  Disintegrasi  politik  pada  masa  ini terlihat  semakin  besar  dibandingkan  dengan  masa  Bani  Abbasiyah dan sekaligus menandai berakhirnya perkembangan peradaban Islam.
Pada saat Islam sibuk dan kerepotan dengan merespon tumbuh  perpolitikan yang  rumit  itu,  di  Barat  mulai  tumbuh  kesadaran  untuk  menaruh perhatian  lebih  terhadap  ilmu  pengetahuan.  Inilah yang kita kenal dengan istilahRenaisance. Oleh  karena  itu,  umat Islam  tidak  hanya  berdiam  diri  melihat  kegemilangan  dunia  Barat, tetapi  membuat  pola  perubahan  kiblat  pengetahuan  dari  yang sebelumnya  berkiblat  kepada  peradaban  Yunani,  menjadi  berkiblat kepada  peradaban  Barat.  Masa  ini  disebut  dengan 
periode  modern (1800 M - Sekarang), Untuk memperbaiki kondisi peradaban dalam diri Islam yang ada, maka sejumlah  tokoh  Islam melakukan  pembaruan  pemikiran Islam  atau modernisasi  dalam  Islam  untuk mengembalikan  kejayaan Islam.  Beberapa tokoh  pembaru  itu  di  antaranya  seperti  di  Mesir terkenal nama Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan Jamal uddin AlAfghani. Di India  pembaruan dilakukan oleh  Sir Sayyid Ahmad Khan, Sayyid  Amir  Ali  dan  Muhammad  Iqbal.  Ide  pembaruan  itu  sampai masuk ke Indonesia  dan  dikembangkan  oleh K.H Ahmad Dahlan dari organisasi  Muhammadiyah  dan  oleh  KH  Hasyim  Asy‟ari  dari Nahdhatul Ulama.
Setelah kita mengetahui tentang sejarah ringkas tentang perjalanan umat Islam dari periode klasik hingga modern dengan berbagai sumbangsih dalam bidang ilmu pengetahuan sebagaimana diatas, maka dapat kita telaah tentang kontribusi Islam dalam peradaban dunia adalah sebagai berikut :
Apabila kita melihat sisi terang dari Masa Pemerintahan Bani Umayah, maka kita akan mengenal dan mendengar nama Abul  Aswad  Ad-Duali  (w.  681  M)  yang  menyusun gramatika Arab dengan memberikan titik pada huruf-huruf hijaiah yang semula  tidak  bertitik.  Upaya  ini  sangat  berguna  untuk  memudahkan orang  dalam  membaca  dan  mempelajari  bahasa  Arab  agar  dapat diketahui maknanya, terutama oleh mereka yang a‟jamī (non-Arab).
Lain halnya dengan Bani Umayah, pemerintahan Bani Abasyiah juga memiliki kontirbisu yang besar. Dimana Masa  kejayaan  Bani  Abbasiyah  terjadi  pada  masa  Khalifah Harun  Al-Rasyid  dan  anaknya  Al-Ma‟mun.  Pada  masanya  ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum berkembang pesat. Perkembangan  ilmu  agama  meliputi,  pembukuan  sejumlah  bidang agama,  yaitu  fikih,  tafsir,  hadis,  kalam,  dan  tasawuf.  Adapun  bidang ilmu  pengetahuan  umum  meliputi  filsafat,  ilmu  kedokteran,  ilmu astronomi,  farmasi,  geografi,  sejarah,  dan  bahasa.  Kemajuan  ini disebabkan pada orientasi peradaban yang diarahkan pada kemajuan ilmu pengetahuan, dan bukan pada ekspansi perluasan wilayah.
Kemajuan  peradaban  Islam  pada  masa  Bani  Abbasiyah  ini ditentukan setidaknya oleh dua faktor, yaitu terjadinya asimilasi antara bangsa  Arab  dengan  bangsa-bangsa  lain  yang  telah  mengalami perkembangan ilmu pengetahuan, dan adanya gerakan penerjamahan buku-buku  kebudayaan  Yunani  ke dalam  bahasa  Arab. Keterbukaan Islam terhadap peradaban bangsa lain membuat Islam semakin maju dan tinggi dalam hal peradaban. Sebenarnya penerjemahan buku Yunani ini nantinya akan memberikan sumbangsih yang besar dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan dunia dalam berbagai bidang, misalnya Filsafat. Dan dalam hal lain pada nantinya akan membantu secara tidak langsung proses Renaisance dunia Barat-Eropa pada waktu-waktu yang selanjutnya.
Penerjemahan buku Ibnu Rusyd ke dalam bahasa Eropa-Barat yang dilakukan pada abad 14-an yang pada akhirnya pada abad  ke-16 terjadi reformasi di Eropa sekaligus muncullah rasionalisme  pada  abad ke-17 M di Eropa yang menyebabkan salah satu faktor Barat menjadi maju seperti sekarang ini. Sebab mereka sudah meneterjemahkan beberapa karya Ibnu Rusyd tersebut. Hal ini bermula ketika banyaknya  para  pelajar  Kristen  Eropa  yang menimba  ilmu  di  pelbagai  Universitas  Islam  di  Spanyol,  seperti Universitas  Cordoba,  Sevilla,  Malaga,  Granada,  dan  Samalanca. Ini menunjukan bahwa Islam bersikap “Welcome” kepada siapa saja yang ingin menimba suatu keilmuan.
Pada masa yang sama, yakni dengan Ibnu Rusyd dalam pemerintahan Dinasty Umayah di Spanyol yang didirikan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil itu, muncullah tokoh Ibnu Bathutah yang membuktikan bahwa Bumi itu bulat. Yang pada masa selanjutnya, yakni pada Galileo baru memunculkan konsep yang sama. Perkembangan pada bidang yang dimaksud disini adalah dalam cabang geografi.
Khalifah  Al-Ma‟mun  mendirikan  pusat riset  dan  penerjemahan  di  Baghdad,  yang  ia  beri  nama  Bait  al-Hikmah  pada tahun 830 M. Banyak penerjemah handal yang ahli menerjemahkan  dan  banyak  dari  mereka  adalah  non-muslim, seperti  Tsabit ibn Qurrah  Al-Harrani  yang berasal  dari Sabean di Harran.  Gerakan  penerjemahan  ini  menghasilkan  banyak  sarjana, seperti,  sarjana  kimia  Jabir  ibn  Hayyan  Al-Azdi  Ath-Thusi  AshShuff  (721-815)  yang  mengharumkan  istana  Khalifah  Harun  Al Rasyid;  sarjana yang memiliki prestasi besar seperti Ar-Razi (865-925),  dokter  klinis  terbesar  di  dunia  Islam  dan  Barat  yang mendapat  julukan  “Galennya  Arab”;  filsuf  muslim  pertama  yang menguasai  filsafat  Yunani,  Al-Kindi  (801-866).
Diterjemahkannya buku Ibnu  Sina, yang  salah  satu  karyanya  berjudul  Al-Qānūn  fī  al-Thibb sebagai rujukan pada bidang ilmu kedokteran dunia. Khususnya dunia Barat-Eropa.
Munculnya konsep teologi dari tokoh Islam seperti Ibnu Rusyd,  Al-Ghazali dan Ibnu Zuhr yang juga merupakan filsuf Islam.
Diterjemahkannya buku karya Plato dan Aristoteles oleh Al-Kindi  yang diperintahkan Raja Al-Ma‟mun dan Raja Harun Al-Rasyid pada zaman  Abbasiyah. Al-Kindi diperintahkan  untuk  menyalin  buku tersebut ke dalam  bahasa Arab. Dan yang pada akhirnya menjadi rujukan dalam bidang keilmuan filsafat dunia. Hal ini dilakukan pada kala itu karena dikhawatirkan warisan kebudayaan klasik Yunani yang terancam akan kehilangan dan kemusnahannya sehingga penyelidikan-penyelidikan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Aristoteles, Galenus, Ptolemious dan lainnya tidak hilang.
Dalam bidang astronomi dan aljabar, sebut saja Alfaraganus (Abu Abbas Al-Farghani) dan Albattegnius (Muhammad bin Jabir Al-Battani), dimana buku al-Farghani tentang Ringkasan Astronomi diterjemahkan oleh Gerard of Cremona. Ada juga Umar Khayyam, yang menurut Hitti, kalender hasil karyanya lebih tepat dibandingkalender Gregorius. Teori Heliosentris ternyata juga sudah lama dikemukakan oleh Al-Biruni jauh sebelum Copernicus dan Galileo. Dalam matematika, nama Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi sangat masyhur.
Dalam optika dikenal nama Abu Ali Hasan bin Al-Haytsam dengan magnum opusnya Al-Manazib yang di dalamnya ia menentang Teori Euclid. Ia berpendapat bahwa bendalah yang mengirim cahaya ke mata dan bukan sebaliknya. Dari proses pengiriman cahaya itulah timbul gambaran benda dalam mata.
Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan. Periode Hellenistik atau era Hellenistik adalah masa yang berlangsung setelah penaklukan Aleksander Agung.
Transformasi Peradaban Islam Kepada Peradaban Dunia
Sekian lamanya Islam melakukan penyebaran ajarannya, hingga lebih dari 14 abad lamanya.  Tentunya dari masa perjuangan tersebut telah menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh dunia saat ini walaupun sudah tidak ada lagi kekuasaan Islam yang mutlak. Karena Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambil keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun dan memajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.
Para tokoh Islam klasik yang telah membangun peradaban di masa itu, dan tidak dilakukan oleh orang-orang barat pada masa kegelapan, adalah dengan mempelajari dan mempertahankan peradaban yunani kuno, serta mengembangkan buah pemikirannya untuk menemukan sesuatu yang baru dari segi filsafat dan ilmu pengetahuan. Seorang pemikir orientalis barat Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalam imam kita selama enam abad”.[7]
Hingga peradaban Islam telah memberi kontribusi besar dalam berbagai bidang khususnya bagi dunia Barat yang saat ini diyakini sebagai pusat peradaban dunia. Kontribusi besar tersebut antara lain :
Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karya-karya kaum Muslim dalam bidang filsafat, sains, dan sebagainya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari Spanyol. Penerjemahan ini sungguh telah memperkaya kurikulum pendidikan dunia Barat.
Kaum muslimin telah memberi sumbangan eksperimental mengenai metode dan teori sains ke dunia Barat.
Sistem notasi dan desimal Arab dalam waktu yang sama telah dikenalkan ke dunia barat.
 Karya-karya dalam bentuk terjemahan, kususnya karya Ibnu Sina (Avicenna) dalam bidang kedokteran, digunakan sebagai teks di lembaga pendidikan tinggi sampai pertengahan abad ke-17 M.
Para ilmuwan muslim dengan berbagai karyanya telah merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya dengan kebudayaan Romawi kuno serta literatur klasik yang pada gilirannya melahirkan Renaisance.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan madrasah adalah pendahulu universitas yang ada di Eropa.
Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan.
Sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai lembaga pendidikan tinggi Islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia Barat.
Para ilmuwan Muslim telah menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada Eropa.[8]
Pada kondisi-kondisi tersebut, terutama pada abad ke-11 dan ke-12, walaupun tradisi Islam yang diboyong ke Barat masih belum terjadi pemisahan yang jelas antara ilmu-ilmu yang ada dan ketika itu ilmu kalam, filsafat, tasawuf, ilmu alam, matematika, dan ilmu kedokteran masih bercampur. Akan tetapi Islam telah mampu mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan agama. Sedangkan  bangsa Barat pada masa itu masih terdapat stereotipe yang memisahkan antara akal dan iman serta filsafat dan agama. Hal ini juga terjadi pada ilmu pengetahuan dan ilmu alam, yang mana Islam telah berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan kemandirian akal, menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti, dan keserasian Tuhan dengan alam.
Hingga akhirnya filsafat skolastik Barat mencapai puncaknya yang telah didukung oleh adanya pilar Islam dengan dibangunnya akademi-akademi di Eropa yang diadopsi dari gaya akademi di kawasan Timur. Hal ini merupakan evolusi dari illuminisme biara ke kegiatan pemikiran yang dialihkan kesekolahan dan akademi. Dan kurikulum yang diajarkan adalah filsafat lama, dan ilmu-ilmu Islam terutama Averoisme Paris. Pada saat yang sama terjadi perubahan kecenderungan pemikiran dari kesenian dan kasusatraan ke gramatika dan logika, dari retorika ke filsafat dan pemikiran, dan dari paganisme kesusastraan Latin ke penyucian Tuhan sebagai pemikiran Islam.
Demikianlah sumbangan besar Islam atas peradaban dunia Barat, yang selanjutnya jusru dijadikan sebagai pusat peradaban dunia pada saat ini. Hal ini dikarenakan kekonsistensian dunia Barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bahkan karya-karya besar para ilmuwan Muslim tersebut hingga kini masih dapat kita teukan di perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya di Amerika, yang secara profesional dan rapi telah menyimpannya.[9] Sehingga para umat Muslim di masa kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang khasanah Islam tersebut, harus pergi ke negara Barat (non Islam) agar dapat meminta kembali “permata” yang sementara ini telah mereka pinjam.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyebaran ajaran Islam dan ekspansinya ke berbagai penjuru dunia telah berhasil membawa kemajuan pada setiap masanya, baik dari segi keagamaan maupun non agama yang berupa ilmu pengetahuan. Berbagai perluasan wilayah kekuasaan peradaban Islam mengakibatkan berbagai bangsa dan kebudayaan bergesekan dengan khazan ke-2 masehi yang tercatat bahwa kekuasaan kaum muslimin telah meliputi wilayah Syam hingga sebagian daerah Afrika. Dengan bertemunya kaum muslimin dengan pemikiran dan filsafat yang dipegang oleh bangsa di luar Arab menjadikan mereka berinteraksi dengannya sekaligus mempelajari pemikiran yang baru dikenalnya.
Setelah interaksi para pemikir Islam dengan pemikiran dan kebudayaan yang baru, muncul ahli-ahli kalam dan para filosof yang mereka berasal dari anak kaum muslimin. Kita mengenal beberapa para pemikir yang populer ditengah-tengah sejarah perkembangan ilmu kalam dan filsafat. misalnya seperti Ibnu Haldun, Ibnu Sina, Al-Kindi, dan Al-Farabi
Para tokoh dan cendekiawan Islam yang telah berhasil mempelajari ilmu-ilmu Yunani dan Sansekerta, telah memberikan pengembangan yang signifikan pada bidangnya masing-masing, jauh sebelum para ilmuwan Barat menemukan teori-teori tentang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian telah memberikan bukti bahwa Islam dan peradaban yang telah dibangunnya pada masa lalu, telah memberikan investasi besar pada pencapaian peradaban dan perdamaian dunia modern saat ini untuk itu dituntut adanya sikap saling menerima dan menghargai perbedaan masing-masing.
Saran
Menyadari banyaknya kesalahan dalam makalah ini, penulis berharap adanya kritik dan saran agar makalah ini dapat menjadi lebih baik, dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Diharapkan pembaca bijak dalam memelihara makalah ini agar pembaca lain dapat memanfaatkannya dengan baik.

Daftar Pustaka
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009)
Ansary, Abdou Filali, Pembaharuan Islam : dari mana dan hendak ke mana?, terj. Machasin, (Bandung : Mizan, 2009)
Hanafi, Hassan, Oksidentalisme : Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, (Jakarta : Paramadina, 2000)
Hodgson, Marshal G.S, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah Peradaban Dunia, (masa klasik Islam), buku ke-2, Peradaban Kekhalifahan Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi Kartanegara, (Jakarta : Paramadina, 2002)

laporan observasi masjid

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Masjid dan Kebudayaan
Pengertian masjid
Dilihat dari segi harfiyah masjid adalah tempat sembah-Yang. Perkataan masjid berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya Sujudan, Fill Madinya Sajada ( ia sudah sujud). Fill Madinya Sajada diberi awakan Ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan berubahan bentuk sajada menjadi masjidun, masjid dari ejaan aslinya adalah Masjid (dengan a) pengambilan alih kata Masjid oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a menjadi e sehingga terjadilah bunyi Mesjid. Perubahan bunyi ma menjadi me, disebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah, sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam Indonesianisasi kata-kata asing sudah biasa. Dalam ilmu bahasa sudah menjadi kaidah, kalau suatu penyimpangan atau kesalahan dilakukan secara umum, ia dianggap benar. Menjadilah dia kekecualian.
Menurut etimologi, masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".
Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini berasal dari kata mezquita dalam bahasa Spanyol. Sebelum itu, masjid juga disebut "Moseak", "muskey" , "moscey" , dan "mos'key.
Masjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.

Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan itu berhubungan dengan manusia, manusia mempunyai jiwa, mempunyai pula kebudayaan, hewan yang tidak mempunyai jiwa, tidak pula mempunyai kebudayaan, yang membedakan manusia dari hewan secara abstraknya adalah jiwa, secara konkritnya adalah kebudayaan. Jadi, jiwalah yang merupakan sumber dari ciptaan kebudayaan. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: ‘‘budaya’’ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. ‘‘Sedang kebudayaan’’ adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Firman Allah swt yang berbunyi dalam Al-qur’an Surat Ar-rum : 30 :[12].
Artinya : ‘‘Maka hadapkanlah wajahmu yang lurus kepada Agama (Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’’
Fitrah Allah maksudnya: ciptaan Allah. Manusia diciptakan allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan . Maka dapat disimpulkan bahwa dari naluri akan timbul berbagai kebudayaan kebudayaan yang dikelolah oleh akal manusia, lalu timbullah ekspresi pada setiapdiri manusia. Jadi, secara umum kebudayaan ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia dalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia. Yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah suatu pemikiran manusia yang dilaksanakan dalam bentuk perbuatan. Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan. Fikiran dan perasaan yang merupakan inti devinisi membentuk kesadaran. Jalinan fikiran dan perasaan melahirkan kemauan. Kemauan adalah awal perbuatan. Laku perbuatan dijalankan oleh jasmani manusia. Jadi, secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal, berupa; cipta, rasa, dan karsa.
Fungsi dan Peran Mesjid pada Masa Nabi dan Masa Kini
Fungsi dan Peran Masjid di Masa Nabi
Masjid di masa Rasulullah saw bukan hanya sebagai tempat penyaluran emosi religious semata ia telah dijadikan pusat aktivitas umat. Berikut fungsi masjid diantaranya;
Tempat latihan perang. Rasulullah saw mengizinkan Aisyah menyaksikan dari belakang beliau orang-orang Habasyah berlatih menggunakan tombak mereka di Masjid Rasulullah pada hari raya.
Balai pengobatan tentara muslim yang terluka. Sa’d bin Mu’adz terluka ketika perang Khandaq maka Rasulullah mendirikan kemah di masjid.
Tempat tinggal sahabat yang dirawat
Tempat menerima tamu. Ketika utusan kaum Tsaqif datang kepada Nabi saw beliau menyuruh sahabatnya untuk membuat kemah sebagai tempat perjamuan mereka.
Tempat penahanan tawanan perang. Tsumamah bin Utsalah seorang tawanan perang dari Bani Hanifah diikat di salah satu tiang masjid sebelum perkaranyadiputuskan.
Pengadilan. Rasulullah menggunakan masjid sebagai tempat penyelesaian perselisihan di antara para sahabatnya.
Selain hal-hal diatas masjid juga sebagai tempat bernaungnya orang asing musafir dan tunawisma. Di masjid mereka mendapatkan makan minum pakaian dan kebutuhan lainnya. Di masjid Rasulullah menyediakan pekerjaan bagi penganggur mengajari yang tidak tidak tahu menolong orang miskin mengajari tentang kesehatan dan kemasyarakatan menginformasikan perkara yang dibutuhkan umat menerima utusan suku-suku dan negara-negara menyiapkan tentara dan mengutus para da’i ke pelosok-pelosok negeri.
Masjid Rasulullah saw adalah masjid yang berasaskan taqwa. Maka jadilah masjid tersebut sebuah tempat menimba ilmu menyucikan jiwa raga. Menjadi tempat yang memberikan arti tujuan hidup dan cara-cara meraihnya.
Yang lebih strategis lagi, pada zaman Rasul, mesjid adalah pusat pengembangan masyarakat dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan mendengar arahan-arahan dari Rasul tentang berbagai hal, prinsip-prinsip keberagaman, tentang sistem masyarakat baru, juga ayat-ayat Al-qur’an yang baru turun. Di dalam masjid pula terjadi interaksi antar pemikiran dan antar karakter manusia. Adzan yang dikumandangkan lima kali sehari sangat efektif mempertemukan masyarakat dalam membangun kebersamaan.
Bersamaan dengan perkembangan zaman, terjadi akses-akses dimana bisnis dan urusan duniawi lebih dominan dalam pikiran di banding ibadah meski di dalam masjid, dan hal ini memberikan  inspirasi kepada Umar bin Khattab untuk membangun fasilitas di dekat masjid, dimana masjid lebih diutamakan untuk hal-hal yang jelas makna ukhrawinya, sementara untuk berbicara hal-hal yang lebih berdimensi duniawi, Umar membuat ruang ruang khusus di samping masjid. Itulah asal usulnya sehingga pada masa sejarah Islam (hingga sekarang), pasar dan sekolahan selalu berada di dekat masjid.
Fungsi dan Peran Masjid di Masa Kini
Masjid dimasa kini memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut;
Sebagai tempat beribadah, sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridha Allah, maka fungsi masjid disamping sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.
Sebagai tempat menuntut ilmu, masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ain bagi umat islam. Di samping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora dapat, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di masjid.
Sebagai tempat pembinaan jamaah, dengan adanya umat Islam di sekitarnya, masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya,umat y6ang terkoordinir secara rapi dalam organisasi tamir masjid dibina, keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniah dan dakwah islamiahnya. Sehingga masjid menjadi basisi umat Islam yang kokoh.
Sebagai pusat dakwah dan kebudayaan Islam, masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarkan luaskan dakwah islamiyah dan budaya islami. Di masjid pula direncanakan, diorganisasi, dilaksanakan, dikembangkan dakwah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu masjid, berperan sebagai sentra aktivitas dakwah dan kebudayaan.
Sebagai pusat kaderisasi umat, sebagai tempat pembinaan jamaah dan kepemimpinan umat, masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambumngan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu disiapkan dan di pusatkan di masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan taman pendidikan Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA), remaja masjid maupun tamir masjid beserta kegiatannya.
Sebagai  basis kebangkitan umat Islam, Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.
Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak dilakukan umat Islam.

Masjid sebagai Pusat Kegiatan Masyarakat Muslim
Tidak dapat disangkal bahwa masjid sudah merupakan pusat kegiatan masyarakat muslim. Implikasinya, sesuai dengan perkembangan masyarakat, maka berkembang pula fungsi dan peran masjid. Kegiatan masjid pun semakin meluas, mencakup aspek peribadatan dan budaya Islam. Fungsi dan peran masjid, yang dari waktu ke waktu terus meluas, membuktikan kesadaran dan pemahaman umat Islam terhadap pemanfaatan masjid semakin meningkat. Meluasnya fungsi dan peran masjid ini seiring dengan laju pertumbuhan umat Islam di Indonesia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang tercermin dalam pertambahan jumlah  penduduk muslim dan peningkatan jumlah intelektual muslim yang sadar dan peduli terhadap peningkatan kualitas umat Islam. Kondisi inilah yang mendorong perluasan fungsi masjid.
Sejak awal pertumbuhannya, masjid di Indonesia pada mulanya dipahami dan difungsikan oleh sebagian besar masyarakat muslim Indonesia sebagai tempat suci untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah-ibadah khusus, menyelenggarakan ibadah salat saja. Namun, sejalan dengan perkembangan pemahaman dan kesadaran masyarakat, masjid tidak lagi dipahami seperti itu.
Di tengah kehidupan masyarakat Indonesia terutama di daerah perkotaan, masjid berfungsi, selain sebagai pusat peribadatan, juga sebagai pusat pembinaan umat. Pendidikan dan aktivitas sosial seperti kegiatan pendidikan anak dan remaja, majelis taklim, musyawarah warga, akad nikah, dan pemberdayaan ekonomi umat dipusatkan di masjid. Fungsi dan peran mesjid diharapkan terus meningkat sehingga mampu berperan secara aktif untuk mengayomi dan membina keberagaman, pendidikan, dan kesejahteraan umat.
Bertambah luasnya pemahaman umat Islam terhadap fungsi masjid di tengah kehidupan masyarakat, di satu sisi mencerminkan masa depan umat Islam akan lebih baik. Namun, di sisi lain menimbulkan persoalan baru yaitu persoalan pengelolaan masjid. Pengelolaan masjid ini betul-betul berfungsi, sebagaimana masjid yang didirikan oleh Rasulullah saw dan para ulama pewaris nabi, yakni sebagai sentra umat dalam menjaga tujuan didatangkannya syariat.
Masyarakat Indonesia tergolong masyarakat religius. Betapa tidak, hingga saat ini masyarakat Indonesia sangat dekat dengan masjid. Salat lima waktu dikerjakan di masjid. Pengajian-pengajian berlangsung di masjid. Rapat-rapat ke RT-an, ke RW-an, dan musyawarah kemasyarakatan sering juga dilakukan di masjid. Kumpul-kumpul para pemuda dan remaja pos hingga pos ronda pun sering menyatu dan berada di serambi masjid. Aktivitas sosial, dan politik bahkan sering kali digerakkan dari masjid pula. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan, bahwa masjid di Indonesia bukan hanya sebagai tempat peribadatan saja (dalam arti ritual, seperti solat dan dzikir), tetapi juga tempat sosialisasi dan proses pembudayaan umat Islam. Sejak zaman Rasulullah hingga masa keemasan umat Islam, masjid bahkan berfungsi sebagai pusat pendidikan, ekonomi, politik. Sungguh tepat Sidi Gasalba yang menyebutkan, ‘‘Masjid sebagai pusat peribadatan dan kebudayaan Islam’’.

Fungsi dan Peran Masjid kampus dalam Pengembangan Budaya Islam
Masjid kampus dan suasana religius
 Suasana kehidupan keagamaan di hampir setiap kampus perguruan tinggi dirasakan cukup semarak. Sebelum dikumandangkan azan, terdengar jelas alunankalam Ilahi dari menara masjid kampuske setiap gedung perkantoran dan ruang kuliah, sebagai isyarat sudah dekatnya waktu salat sekaligus sebagai ajakan salat berjamaah. Aktivitas kantor dan perkuliahan segera dihentikan sementara sampai habis waktu istirahat dan salat berjamaah.
Masjid kampus pada setiap hari ramai dikunjungi oleh para mahasiswa, dosen, dan karyawan. Mereka menjadikan masjid kampus sebagai pusat pembinaan keimanan dan ketaqwaan. Pada setiap hari, tidak terkecuali pada hari-hari libur, kelompok-kelompok diskusi mahasiswa dilaksanakan sehingga menjadikan suasana lingkungan masjid kampus semakin semarak.
Banyak mahasiswa dan karyawan yang lebih suka memilih berada di lingkungan masjid untuk menghabiskan waktu istiraahat dan aktivitas perkuliahannya. Ada yang sekedar istirahat sambil menunggu waktu salat berjamaah. Ada juga yang berdiskusi tentang masalah-masalah keagamaan, bahkan di serambi masjid kampus dijadikan tempat mengikat janji para mahasiswa dengan teman-temannya. Fenomena seperti ini merupakan salah satu indikasi kemakmuran masjid kampus.
Pembinaan salat wajib lima waktu
Tujuan pembinaan ini adalah menekankan pada upaya pembinaan salat para jamaah. Diantara kegiatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Membagi-bagikan buku salat pedoman praktis kepada para jamaah. Untuk lebih mencerdaskan jamaah dan menjaga ukhuwah islamiah.
Mengadakan pengajian singkat mengenai salat dalam kultum atau pengajian khusus. Lebih baik diselenggarakan dalam pengajian sistem studi paket, untuk lebih mencerdaskan jamaah dan menjaga ukhuwah islamiah.
Menerbitkan jurnal atau buletin (bisa bulanan atau mingguan, tergantung kesanggupan pengurus masjid) yang berkaitan dengan ajaran Islam, termaksud masalah peribadatan secara syariat dan hakikat.
Menempelkan papan petunjuk waktu salat yang berlaku pada setiap saat. Pada masjid-masjid tertentu dapat pula diumumkan melalui pengeras suara, guna pemberitahuan atau peringatan kepada masyarakat di sekitarnya.
Pembinaan salat jumat
Salat jumat merupakan kegiatan masjid yang paling banyak dikunjungi para jamaah tetapi paling murah pembiayaannya. Ini disebabkan para jamaah datang sendiri tanpa diundang karena kesadaran para jamaah bahwa salat jumat itu wajib. Bandingkan dengan kegiatan tablig akbar yang membutuhkan dana sangat besar.
Akan tetapi, sangat disesalkan, selama ini khotbah junta terkesan asal-asalan, tanpa direncanakan dengan desain kurikulum yang baik. Dapat kita saksikan antara lain dari sikap dan perilaku jamaah yang banyak mengantuk. Ada pendapat di kalangan sebagian jamaah bahwa isi khotbah jumat berkisar pada masalah yang sama, dan karena itu, khotbah jumat tidak perlu diperhatikan.
Khotbah jumat seharusnya didesain secara khusus untuk pendidikan dan pengajaran umat Islam sehingga mampu memberikan motivasi dan mengubah pola pikir dan akhlak jamaah. Untuk itu, khotbah jumat perlu dipersiapkan secara baik.tema-tema khotbah dipilih berdasarkan masalah yang paling dibutuhkan untuk membina dan mengubah jamaah, serta dipersiapkan metodologi khotbah yang tepat. Jamaah jumat biasanya relatif tetap. Artinya, jamaah yang menjadi peserta salat jumat adalah orang yang sama juga.


Pembinaan kegiatan bulan ramadan
Bulan ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan kegiatan ibadah, yaitu berpuasa pada siang hari, melaksanakan salat tarawih witir pada malam hari, bertadarus Al-qur’an, beriktikaf, mengikuti kajian agama, dan lain-lain. Tujuan pembinaan kegiatan pada bulan Ramadan adalah untuk lebih menggairahkan para jamaah untuk meningkatkan peribadatan dan mengkaji ajaran Islam.
Kegiatan bulan Ramadan yang perlu dikelola dengan baik, antara lain sebagai berikut;
Salat tarawih, adalah sebuah fakta bahwa kaum muslimin Indonesia begitu bergairah menyambut kedatangan bulan ramadan dengan menjalankan ibadah salat tarawih. Akan tetapi, sering kali semangat dan gairah itu hanya pada awal ramadan saja. Pada pertengahan ramadan sudah terlihat berkurangnya jumlah jamaah salat tarawih. Semakin mendekati akhir ramadan semakin berkurang pula jumlah jamaah salat tarawih. Biasanya jika tidak datang ke masjid jamaah itu tidak melaksanakan salat tarawih. Oleh karena itu, diperlukan semacam motivasi agar jamaah tetap melaksanakan ibadah salat tarawih. Seandainya jamaah tidak bisa melaksanakan salat tarawih di masjid, hendaklah salat tarawih dikerjakan di rumah masing-masing.
Kuliah tarawih, di Indonesia ada tradisi bagus, yaitu setiap sebelum salat tarawih selalu dimulai dengan kuliah tarawih. Jika kurikulum kuliah tarawih disusun dengan baik dan dipilih tema-tema yang dibutuhkan, maka akan menjadi bahan pengajaran yang berharga bagi jamaah.
Kultum (kuliah tujuh menit) sesudah salat subuh, adalah sebuah fakta juga bahwa jamaah salat subuh pada bulan ramadan banyak dihadiri jamaah. Kiranya perlu dibuat kurikulum kultum bakda salat subuh yang baik dan dipilih tema-tema yang dibutuhkan agar menjadi bahan pengajaran berharga bagi para jamaah.
Iktikaf dan tadarus Al-qur’an, pada bulan ramadan biasanya ada sejumlah jamaah yang gemar ‘‘menghidupkan’’ masjid dengan beriktikaf dan bertadarus Al-qur’an. Alangkah baiknya jika bertadarus Al-qur’an itu tidak hanyan membaca Al-qur’an saja, tetepi membaca dan mengkaji penjelasan atau terjemahan Al-qur’an.
Kegiatan-kegiatan lain pada bulan ramadan, bulan ramadan adalah bulan yang paling tepat untuk menyelenggarakan berbagai ibadah, pengajaran Islam, dan amal-amal umat Islam. Untuk membahas kegiatan bulan ramadan lainnya kiranya perlu dibuat modul khusus.
Program tutorial atau mentoring keislaman
         Program tutorial atau mentoring keislaman dikampus ada yang dilaksanakan oleh unit kegiatan keagamaan mahasiswa yang langsung berkaitan dengan pelaksanaan kuliah, dan ada juga yang dilaksanakan oleh badan / unit yang bersifat otonom. Di beberapa kampus tutorial dilaksanakan oleh suatu organisasi mahasiswa yang berada dibawah bimbingan langsung koordinator PAI dan para dosen PAI.
Unit kegiatan dakwah mahasiswa
Kegiatan unit kegiatan dakwah kampus di pusatkan di masjid kampus, tujuan pokok dari lembaga ini adalah membina para anggotanya sebagai calon sarjana, calon pendidik, dan kader dai dalam rangka mewujudkan ukhuwah islamiah, memelihara ajaran Islam, dan ikut menciptakan kampus religius. Kegiatan utamanya adalah kaderisasi para dai dari kalangan mahasiswa dan mahasiswi untuk berdakwah di kalangan mahasiswa.


Program studi agama dan bahasa arab
Bahasa arab sering disosiasikan dengan agama Islam, karena bahasa arab merupakan salah satu ilmu-ilmu Islam. Kitab suci umat Islam sendiri, Al-qur’an dan kitab-kitab hadis juga berbahasa arab. Program studi bahasa arab ini dapat dijadikan cikal bakal berdirinya prodi-prodi ilmu-ilmu Islam lainnya dalam rangka memperkokoh pembudayaan religiositas kampus.
Cara melestarikan kebudayaan Islam yang ada di masjid kampus
Pertama, kita harus faham dan yakin bahwa Islam adalah agama yang komprehensif (syumuliyah), yang mengatur semua aspek kehidupan.
Berbeda dengan Barat, agama hanya dianggap sebagai jalan berhubungan dengan Tuhan, tidak mengatur interaksi sosial-ekologis antar makhluk di dunia.
“…. Dan Kami turunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).” (an-Nahl: 89).
Imam ath-Thabari rahimahullah menerangkan, yang dimaksud menjelaskan segala sesuatu dalam ayat ini di antaranya adalah menunjukkan mana-mana yang dihalalkan, diharamkan, diperintahkan, dan dilarang oleh Allah ta’ala. Islam tidak meluputkan satu hal pun dan sekecil apa pun dari apa pun yang ada dalam kehidupan, karena ia agama yang sempurna.
Kedua, kita harus meyakini bahwa Islam adalah asas tertinggi dan inti, segala paham harus bersumber padanya.
“Wahai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antaramu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan RasulNya, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisaa’: 59),
“Dan apa pun yang kamu perselisihkan padanya tentang sesuatu, keputusannya (terserah) kepada Allah. (Yang memiliki sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. KepadaNya aku bertawakal dan kepadaNya aku kembali.” (asy-Syuuraa: 10).
Ketiga, mesti kita ketahui dan yakini bahwa Islam adalah standar nilai benar-salahnya segala hal.
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang benar dan yang batil) ….” (al-Baqarah:185).
Mukmin tak sepantasnya menilai baik buruknya sesuatu berdasar keuntungan pragmatis. Misal saja menganggap bunga (riba) baik-baik saja karena dalam kondisi tertentu dapat membantu orang lain dan menguntungkan kedua belah pihak.

Minggu, 28 April 2019

laporan hasil observasi

Laporan Hasil Observasi
Mata Kuliah Agama Islam


Masjid Amirul Mukminin









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTRAAN KELUARGA
KONSENTRASI TATA BUSANA KELAS KELAS 01
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2019



KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah merupakan mutiara kata yang paling indah nan pantas kita ucapkan kehadirat Allah SWT. Sungguh agung nikmat-Nya dan sungguh luas rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan observasi yang berjudul “LAPORAN OBSERVASI MESJID AMIRUL MUKMININ” .
Shalawat serta salam semoga tertap tercurah limpahkan kepada junjungan kita, yakni Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, kepada sahabatnya, dan sampailah kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Adapun tujuan pembuatan laporan ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran agama islam, selain itu penulis berharap laporan ini bisa dijadikan sebagai titik tolak untuk menulis lebih baik lagi.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan krtitik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi yang membacanya.

Makassar,  15 April 2019

Penulis








Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.                 Latar belakang
2.                 Rumusan masalah
3.                 Tujuan masjid dan penelitian masjid
4.                 Metode Penelitian

BAB II ISI
1.          sejarah masjid     
2. Profil masjid
3.          Fasilitas masjid
5.          Kondisi masjid
6.          Kegiatan masjid

BAB III PENUTUP
1.                 Kesimpulan dan Saran
2.                 Lampiran - lampiran





















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
            Masjid adalah sebuah tempat dimana ibadah dan penghambaan di dalamnya lebih baik dan lebih utama dari tempat-tempat lain, dan memakmurkannya adalah ibadah dan penghambaan yang sangat mulia. Saat ini, banyak berdiri bangunan mesjid yang megah di indonesia. Tak hanya sekedar sebagai tempat ibadah, kini masjid dengan interior unik pun menjadi destinasi wisata religi para wisatawan. Salah satu mesjid yang memiliki interior yang indah dan cukup terkenal yaitu masjid amirul mukminin.
Masjid amirul mukminin adalah salah satu Masjid yang berada di kawasan pantai losari, makassar, sulawesi selatan dan terkenal sebagai mesjid terapung pertama di indonesia.  Penulis  memilih masjid amirul mukminin sebagai tugas observasi karena ini adalah salah satu landmark kota makassar yang penulis sangat sukai dan sangat ingin kunjungi.

1.2          RUMUSAN MASALAH
1. bagaimana sejarah mesjid amirul mukminin?
2. Bagaimana profil mesjid amirul mukminin?
3. Bagaimana fasilitas dan kondisi dari prasarana masjid amirul mukminin?
4. Bagaimana kondisi lingkungan masjid amirul mukminin?
5. Apa saja kegiatan di masjid amirul mukminin?

1.3            TUJUAN MASJID DAN PENELITIAN MASJID
1. Untuk mengetahui sejarah, profil, serta sarana prasarana di masjid amirul mukminin
2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan sekitar masjid
3. Untuk mengetahui kegiatan masjid amirul mukminin

1.4  METODE
Adapun metode yang digunakan penulis dalam penyusunan laporan observasi ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengamatan Langsung
                 Observasi ini dilakukan oleh penulis di Masjid Amirul mukminin yang berlokasi di Jalan penghibur no. 289, losari, ujung pandang, kota makassar, sulawesi selatan. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung tentang situasi dan kondisi lingkungan, serta sekitar lingkungan Masjid Amirul mukminin.


2.   Wawancara
                 Wawancara penulis lakukan di tempat yang sama yaitu masjid Amirul mukminin senin, 15 April 2019  dengan narasumber sebagai berikut:
Ibu izmi selaku salahsatu penjaga mesjid
Hamidah selaku pengunjung salahsatu siswi SMA asal daerah luwuk
Elsi selaku pengunjung salahsatu siswi SMA asal daerah luwuk
































BAB II ISI
LAPORAN PENELITIAN MASJID


Sejarah Mesjid

Dibangun pada tahun 2009, masjid kebanggan masyarakat makassar itu diresmikan oleh wakil presiden jusuf kalla, pada 21 desember 2012. Saat itu, Jusuf kalla menjabat sebagai ketua dewan masjid indonesia. Masjid yang berada tepat di timur laut pantai losari, makassar, ini diklaim sebagai masjid terapung pertama di indonesia. Dikenal sebagai masjid terapung karena lokasinya yang unik. 

Dibangun di atas air laut, masjid amirul mukminin ini akan tampak seolah-olah terapung di permukaan air pada saat air pasang.pembangunan masjid amirul mukminin merupakan gagasan walikota makassar Ilham Arief Sirajuddin untuk memperkaya khasanah landmark kota makassar juga sebagai wisata religius. Mulanya pada tahap rancangan, masjid ini dinamai masjid 99 al-makazzary. Angka 99 melambangkan asmaul husna, sementara al-makazzary merujuk pada sebutan salah seorang imam besar masjidil haram, syekh yusuf al-makassary. Namun, nama masjid amirul mukminin lah yang kemudian disandangkan kepada masjid ini, meskipun masyarakat lebih mengenalnya dengan sebuatan masjid terapung.
Profil Masjid
Berdasarkan penelitian masjid pada tanggal hari senin, 15 april 2019 di masjid amirul mukminin  yang beralamatkan di jalan penghibur lokasi pantai losari  Masjid tersebut terlihat sebagai masjid yang megah dan unik yang di ramaikan oleh pengunjung anak-anak hingga dewasa dengan suasana sejuk, bersih, dan nyaman. Masjid dengan arsitektur yang memadukan konsep modern kontemporer dan islami terlihat indah berdiri di atas permukaan laut.  berdasarkan observasi penulis, mengklasifikasikan jenis masjid  amirul mukminin ini termasuk dalam masjid jami. Masjid jami yaitu masjid yang biasa nya sering digunakan untuk shalat jumat ataupun shalat tarawih dan shalat pada hari besar islam seperti hari raya idul fitri ataupun hari raya idul adha, dikarenakan ukuran masjid jami yang besar.
Masjid amirul mukminun  yang dipimpin oleh bapak ustad Nasir selaku imam mesjid dan bapak ustad Ansar selaku bendahara. Mesjid ini dibangun dari program pemerintah untuk menambah khazanah landmark sekaligus ikon wisata religi dikota makassar dan pengembangannya berasal dari uang kotak amal dari para pengunjung dan jamaah mesjid serta pemerintah daerah. Masjid ini dibangun dengan konsep floating mosque masjid terapung yang didominasi warna putih dan abu-abu, serta berada di teluk makassar, tepatnya 1 km dari anjungan pantai losari. Masjid amirul mukminin dibangun di atas tumpukan beton yang didorong ke dasar dasar laut dan bentuknya menyerupai rumah panggung tradisional makassar serta bugis.
  Selain itu, masjid berlantai tiga ini mampu menampung sekitar 400 hingga 500 terdapat dua buah kubah berdiameter 9 yang bercorak mozaik gradasi biru dan putih mengkilat yang menjadikan masjid ini terlihat kian indah. Juga terlihat kokoh dengan pondasi 164 tiang pancang di bawahnya. Masjid yang memiliki luas 1.683 m2 .pada bagian bawah masjid juga dapat digunakan pengunjung untuk bersantai.selain beribadah dan menikmati keindahan masjid amirul mukminin, juga bisa digunakan berfoto di sekitar jembatan serta bersantai di pelatarannya yang luas.
Fasilitas Masjid
Jalur utama bisa di tempuh dari sebelah timur masjid, satu jalur lainnya berada di sebelah selatan masjid. Dan juga terdapat jembatan yang menghubungkan pantai losari dan masjid yang berada disekitaran laut. Masjid didesain dengan sedikit terbuka di bagian atas dekat kubah, sehingga angin laut bisa masuk dengan bebas. Di masjid juga kebanyakan diberi jendela-jendela kaca transparan yang mempermudah masuknya cahaya matahari sehingga pencahayaannya sangat baik ketika siang hari. Suasana di dalam masjid dibuat nyaman untuk para pengunjung yang ingin melaksanakan shalat. 
 Di sisi kiri dan kanan masjid terdapat tangga menuju teras lantai atas masjid yang biasanya dijadikan tempat bersantai pengunjung seusai shalat maupun wisatawan yang sekadar berkunjung. Mesjid amirul mukminin ini terdiri dari tiga lantai. Lantai paling atas masjid merupakan tempat khusus bagi para pengunjung yang ingin melaksanakan shalat sendiri yang lebih khusuk. Lantai kedua dari masjid dipergunakan khusus untuk jemaah wanita dan lantai bawahnya untuk shalat jemaah pria. Di lantai bawah itu juga terdapat tempat wudhu pria yang berada di sebelah kanan, sementara untuk para wanita berada di sebelah kiri masjid.


Dimasjid Amirul Mukminin tersebut juga terdapat :
 Tempat rak buku-buku kitab dan alqur’an serta hadist juga ada buku sejarah yang menceritakan tentangNabi Muhammad SAW.      
Tempat mukenah dan sajadah bagi perempuan 
Tempat penitipan barang, sendal, sepatu, dan lain sebagainya yang terorganisir dengan baik sehingga terlihat rapi.
Memiliki banyak kamar mandi cukup baik dan dalam kondisi bersih. karena masih masa perbaikan lantai 2 kamar mandi tidak terlalu baik.
Memiliki 3 petugas penjaga mesjid (marbot)     
Di masjid terdapat box sound dan mimbar 
 Masjid ini memiliki 1 jadwal shalat Abadi
Terdapat cctv
Kran berwudhu banyak dan toilet namun tempatnya tertutup sehingga aman  bagi wanita.
Tanda-tanda dan himbauan larangan juga jelas karena sudah disiapkan  ditempat- tempat yang seharusnya sehingga mudah dibaca.
4.     Kondisi Masjid
Kondisi masjid Amirul mukminin ini dalam kondisi bersih terutama bagian toilet dan tempat wudhu sehingga lingkungan masjid terjamin karena ada petugas masjid (Marbot). Walaupun saat ini Masjidnya juga masih dalam keadaan sedikit berantakan karena ada perbaikan dalam prasarana dan sarananya tapi tentu akan semakin baik nantinya.
Dari segi pemandangan dan keindahan mesjid amirul mukminin tidak dapat diragukan. keunikan bangunan ditambah dengan lokasinya yang berada dilaut menjadikannya sebagai daya tarik tersendiri. Keindahannya membuat bagi siapapun yang melihat akan merasa takjub karena masjid yang dibangun atas isin Allah Swt dan juga berdampingan dengan ciptaan-nya yaitu laut dan langit birunya yang amat luas. Menambah rasa syukur dan menunjukkan kebesaran Allah Swt yang sesungguhnya. 
Namun sangat disayangkan terdapat beberapa bagian lingkungan dari masjid amirul mukminun, terlihat kotor akibat masyarakat yang tidak mampu menjaga kebersihan. Disekelilingnnya tidak jarang halaman masjid dipakai untuk bersantai bagi pengunjung tapi membuang sampah disekitaran masjid utamanya disekitaran pantai sehingga mengotori laut. 

5.     Kegiatan Masjid
Selanjutnya di Amirul Mukminin ada beberapa kegiatan, seperti:
Menjalankan sholat lima waktu, sholat jum’at, dan hari raya idul fitri serta hari raya idul adha
Pengajian rutin, ceramah, dzikir, dan muhasabah
Kegiatan kebersihan
Kegiatan TKA/TPA dan sosialisasi keagamaan
Biasanya digunakan sebagai tempat wisata religi, melakukan akad pernikahan, praweding, dan syuting film.
Sebagai tempat beristirahat dan persinggahan karena suasananya yang nyaman dan sejuk.
Kegiatan buka puasa dan sahur bersama ketika bulan ramadhan




























BAB III PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Masjid Amirul Mukminin merupakan termasuk masjid jami yang berada di kawasan pantai losari, makassar, sulawesi selatan dan terkenal sebagai mesjid terapung pertama di indonesia. Masjid amirul mukminin Yang awalnya diberi nama 99 al-makazzary dibangun tahun 2009 hingga 2012 diresmikan langsung oleh Jusuf Kalla. Salahsatu keunikannya Masjid dengan arsitektur yang memadukan konsep modern kontemporer dan islami terlihat indah berdiri di atas permukaan laut.
Disamping itu Kondisi masjid Amirul mukminin ini dalam kondisi bersih terutama bagian toilet dan tempat wudhu sehingga lingkungan masjid terjamin karena ada petugas masjid (Marbot). Walaupun saat ini Mesjidnya juga masih dalam keadaan sedikit berantakan karena ada perbaikan dalam prasarana dan sarananya tapi tentu akan semakin baik nantinya.
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh di Masjid Amirul Mukminin, seiring dengan adanya kegiatan- kegiatan  keagamaan sudah sangat ideal dalam kriteria masjid. Yang dimana sama dengan masjid lainnya, masjid amirul mukminin juga mempunyai kegiatan-kegiatan keagamaan untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Meskipun sudah cukup ideal, tentunya Masjid amirul mukminin ini juga mempunyai kekurangan utamanya bagi para pengunjungnya yang belum memiliki kesadaran menjaga lingkungannya.

3.2 Saran
Tanggung jawab kaum muslimin terhadap masjid sangatlah berat tapi bukan berarti tidak bisa. Kaum muslimin harus berusaha memakmurkan masjid. Utamanya bagi  para pemuda dan pemudinya Mereka juga harus berupaya memberikan citra positif masjid dan mengajak masyarakat muslim lainnya untuk bergabung dan menjadikan masjid sebagai pusat ibadah dan pembelajaran. Para imam masjid juga harus dihiasi dengan ilmu, taqwa, wawasan politik sosial dan memiliki akhlak yang baik. Masjid amirul mukminin ini dibangun denga keindahan dan keunikannya sehingga Semua kaum muslimin juga harus mampu menjaga lingkungan mesjid karena itu sangat dibutuhkan dari kesadaran diri masing-masing.