BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di duniam odern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari duniaIslamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), dimensidan poliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnyadiliputi oleh masagelap (Dark Ages) mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment(pencerahan) di Eropa.
Melalui dunia Islam lah mereka mendapat akses untuk mendalamidanmengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut Gore barton, ketika dunia Baratsudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani,melainkan kepada sumber- sumber Arab (Islam).
Islam juga hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah. Akan tetapi, untukselanjutnya Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjurudunia. Dalam perkembangan peradaban dunia memang Islam tidak bisa dilepaskandari perkembangannya sejak dari zaman Rasulullah SAW sampai sekarang pun, islam banyak memberi kontribusi terhadap dunia. Dari zaman Rasulullah SAW, Islam merubah peradaban yang ada di Jazirah Arab dan sampai sekarang kita masih dapatmerasakan nikmat dari perubahan peradaban yang dibawa Islam. Ajaran Islam yangtelah tersebar ke berbagai penjuru dunia selama berabad-abad tentunya meninggalkantinta emas dan torehan positif berupa khasanah keilmuan bagi peradaban dunia,meskipun tidak ada lagi kekuasaan Islam secara mutlak.
Secara historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan beberapa aspek pada peradaban dunia. Begitupun setelah selesai masakenabian yang ditutup dengan wafatnya Rasulullah SAW, perkembangan dan pemikiran peradaban Islam dalam sejarahnya telah menunjukkan berbagai varian.Varian itu berupa metode, visi, dan kerangka berpikir yang berbeda dari pemikiranyang satu dengan yang lainnya. Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambilkeuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun danmemajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada diatas maka, rumusan masalah yang di dapat adalah sebagai berikut:
Bagaimana kontribusi Islam dalam pengembanagn peradaban dunia?
Bagaimana transformasi peradaban Islam kepada peradaban dunia?
Tujuan
Untuk mengetahui kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia
.untuk mengetahui transformasi peradaban islam kepada peradaban dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia
Dengan mengetahui tentang lata belakang Islam dari masa periodesasi yang ada, maka nanti kita akan mudah dalam menyimpulkan apa saja kontribusi Islam terhadap peradaban dunia. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Harun Nasution, bahwa dalam sejarah, Islam dicatat dan diringkas menjadi tiga periode, yakni periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800 M-sekarang).
Periode klasik terbagi ini menjadi dua, yaitu masa kemajuan Islam I (650-1000 M) dan masa disintegrasi (1000-1250 M). Masa ini bisa disebut sebagai awal dari masa keemasan Islam. Atau dengan kata lain, masa ini adalah masa dimana Islam tumbuh subur di berbagai belahan bumi, yang mana pada dasarnya Islam ini merupakan agama yang diemban oleh Rasululloh saw dan para rombongan orang-orang pilihan dari gurun yang tandus untuk menaklukan Jazirah Arab dan seluruh dunia untuk mengajak kepada ketauhidan. Yakni mengajak kepada pengakuan hanya ada satu Tuhan saja yang berhak disembah saja, yakni Allah swt.
Singkat cerita, setelah Rasululloh saw mendapat wahyu pertama yakni QS. Al-‘Alaq dan turun setelahnya AL-Mudatsir ayat 1-7 tentang perintah dakwah. Maka Rasulullloh saw segera bergegas untuk menyebarkan Islam ini sebagai agamaRahmatan lil ‘Alamin. Beliau memulai dakwah Islam ini kepada orang-orang yang terdekat terlebih dahulu. Sampai akhirnya beliau mampu untuk membentuk hegemoni masyrakat yang luar biasa hebat dalam Madinah Munawaroh sehingga bertambah kuatlah Islam tersebut. Maka tidak heran apabila pada kala itu dikenal sebagai Golden Age.
Sebelum Nabi Muhammad saw. wafat, ekspansi Islam telah berhasil menguasai Semenanjung Arabia (Arabian Peninsula). Ekspansi ke luar wilayah Arab baru dimulai pada masa khalifah pertama Abu Bakar AshShiddiq. Selain dalam hal ekspansi, pada masa Rasulullah saw., Islam merupakan jalan keluar bagi kerusakan akidah atau tauhid masyarakat Arab. Islam mengajarkan menyembah hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Konsep tauhid Islam inilah yang kemudian sebagai cikal-bakal dari lahirnya integrasi umat manusia. Misi Rasulullah saw. ialah membawa kedamaian, persatuan, dan kasih sayang sesama manusia, suatu misi yang sangat berlawanan bagi kultur dan kebiasaan masyarakat Arab Jāhiliyah yang selalu mengutamakan kepentingan kelompok masing-masing. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. selanjutnya dikembangkan oleh para sahabat.
Masa kemajuan Islam I (bagian dari periode klasik) ini ditandai oleh adanya sejarah empat sahabat Nabi Muhammad yang dalam kajian Islam akrab disebut sebagai Khulafā`ur Rāsyidīn, yaitu Abu Bakar (menjabat sebagai amīr al-mu‟minīn tahun 632-634 M), Umar bin Khattab (634-644 M), Utsman bin Affan (644-656 M), dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M). Pada masa ini Islam mulai tersebar di luar wilayah Semenanjung Arab. Terjadi penaklukan-penaklukan Islam terhadap beberapa wilayah, seperti Damaskus, Mesir, Irak. Palestina, Syiria, dan Persia.
Pergerakan dari “kerajaan” Khulafā`ur Rāsyidīn selanjutnya diteruskan oleh Dinasti Umayyah (661-750 M). Ekspansi penyebaran Islam semakin luas pada zaman ini. Daerah-daerah yang dikuasai Islam pada masa ini adalah Syiria, Palestina, Afrika Utara, Irak, Semenanjung Arabia, Persia, Afghanistan, dan Asia Tengah (Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan). Di samping itu, pada masa ini juga ditandai dengan berkembangnya kebudayaan Arab.
Sumbangsih dan peran dari Khalifah Abdul Malik dengan perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi ke bahasa Arab, membuat masyarakat semakin menaruh perhatian terhadap bahasa Arab. Penyair-penyair Arab-baru bermunculan pada masa ini, seperti Qays bin Al-Mulawwah (w. 699 M), Jamil Al-Udhri (w. 701 M), Al-Akhtal (w. 710 M), Umar bin Abi Rabi‟ah (w. 719 M), Al-Farazdaq (w. 732 M), dan Jarir (w. 792 M). Tidak hanya itu, perhatian dalam bidang tafsir, hadis, fikih, dan ilmu kalam juga hadir pada masa ini.
Peradaban Islam semakin maju dengan perpindahan kekuasaan dari Dinasti Bani Umayyah ke Dinasti Bani Abbasiyah. Pusat kota kerajaan Bani Abbasiyah terletak di Baghdad menggantikan kota Damaskus pada masa Dinasti Umayyah. Perpindahan ibu kota kerajaan ini dilakukan oleh Khalifah Al-Manshur (754-775 M). Pada tahun 775 M kepemimpinan Al-Manshur digantikan oleh Khalifah Al-Mahdi (775-785). Pada zaman ini perekonomian negara mulai meningkat dengan berkembangnya bidang pertanian dan pertambangan.
Pada masa Bani Abbasiyah perhatian terhadap ilmu pengetahuan mulai tumbuh, khususnya pada masa kepemimpinan Harun Al-Rasyid (785-809 M) dan Al-Ma‟mun (813-833). Perhatian terhadap ilmu pengetahuan ini ditandai dengan penerjemahan buku buku yang berbahasa Yunani dan Bizantium ke dalam bahasa Arab. Untuk kegiatan menerjemahkan buku-buku ini, Khalifah Al-Ma‟mun mendirikan Bait al-Hikmah. Di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan dalam Bait al-Hikmah ini adalah ilmu kedokteran, fisika, geografi, astronomi, optik, sejarah, dan filsafat.
Pada masa kemajuan Islam ini terdapat integrasi dari beberapa cabang ilmu pengetahuan. Dalam ilmu kedokteran, terkenal nama Ar-Razi yang di Eropa dikenal dengan nama Rhazes. Karya-karyanya di bidang kedokteran diterjemahkan ke dalam bahasa Latin untuk digunakan di Eropa. Selain Ar-Razi, yang tidak kalah masyhur dan terkenal adalah Ibnu Sina seorang filsuf sekaligus dokter. Ia menulis satu ensiklopedia dalam ilmu kedokteran berjudul Al-Qānūn fī AthThibb (Canon of Medicine). Buku ini digunakan di Eropa sampai pertengahan kedua dari abad XVII.
Integrasi juga terjadi dalam bidang bahasa, kebudayaan, astronomi, optik, ilmu kimia, geografi, dan filsafat. Yang menarik, pada periode ini pula ilmu-ilmu keagamaan dalam Islam mulai disusun. Dalam bidang penyusunan hadisterkenal nama Imam Bukhari dan Muslim. Dalam bidang fikih, terkenal nama Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi‟i, dan Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ath-Thabari terkenal dalam bidang tafsir dan Ibnu Hisyam terkenal dalam bidang sejarah.
Perumusan konsep teologi dihadirkan oleh Washil bin Atha‟, Ibnu Huzail Al-Allaf dan lainlain dari golongan Muktazilah. Adapun dari Ahlu Sunnah, terkenal Abu Hasan Al-Asy‟ari dan Al-Maturidi. Dalam bidang tasawuf, terdapat nama Abu Yazid Al-Busthami, Husain bin Mansur Al-Hallaj, dan sebagainya. Periode ini merupakan masa peradaban Islam yang tertinggi dari periode-periode yang ada.
Dalam perkembangan selanjutnya Islam mengalami disintegrasi politik dan perpecahan di kalangan umat yang menyebabkan Islam mundur dari pentas atau panggung peradaban dunia. Ditambah dengan upaya diterjemahkannya buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat karangan para ahli dan filsuf Islam ke dalam bahasa Eropa pada abad ke-12 M, menandai berakhirnya fase kemajuan Islam I (650-1000 M). Periode ini disebut dengan masa disintegarsi (1000-1250 M). Masa ini ditandai dengan adanya kerajaan-kerajaan independen yang ingin memisahkan diri dari kepemimpinan seorang khalifah. Disintegrasi politik tersebut yang menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam.
periode pertengahan (1250-1800 M). Pada zaman ini tidak ada perkembangan yang berarti bagi peradaban Islam, kecuali hanya sedikit. Perkembangan itu pun hanya bersifat memperluas kekuasaan Islam ke dalam beberapa wilayah, seperti di Mesir, India, Persia, Turki, dan lain-lain. Rekaman sejarah yang paling terlihat dan dikenal masyarakat pada umumnya pada zaman ini adalah penaklukan Konstantinopel dari Kerajaan Bizantium pada tahun 1453 M oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (1451-1481 M).
Pada zaman ini terdapat tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Masing-masing dari kerajaan ini tidak memperlihatkan kontribusi bagi peradaban Islam secara signifikan.
Peperangan demi peperangan bahkan sering terjadi pada masa tiga kerajaan besar ini untuk menguasai wilayah tertentu. Disintegrasi politik pada masa ini terlihat semakin besar dibandingkan dengan masa Bani Abbasiyah dan sekaligus menandai berakhirnya perkembangan peradaban Islam.
Pada saat Islam sibuk dan kerepotan dengan merespon tumbuh perpolitikan yang rumit itu, di Barat mulai tumbuh kesadaran untuk menaruh perhatian lebih terhadap ilmu pengetahuan. Inilah yang kita kenal dengan istilahRenaisance. Oleh karena itu, umat Islam tidak hanya berdiam diri melihat kegemilangan dunia Barat, tetapi membuat pola perubahan kiblat pengetahuan dari yang sebelumnya berkiblat kepada peradaban Yunani, menjadi berkiblat kepada peradaban Barat. Masa ini disebut dengan
periode modern (1800 M - Sekarang), Untuk memperbaiki kondisi peradaban dalam diri Islam yang ada, maka sejumlah tokoh Islam melakukan pembaruan pemikiran Islam atau modernisasi dalam Islam untuk mengembalikan kejayaan Islam. Beberapa tokoh pembaru itu di antaranya seperti di Mesir terkenal nama Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan Jamal uddin AlAfghani. Di India pembaruan dilakukan oleh Sir Sayyid Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali dan Muhammad Iqbal. Ide pembaruan itu sampai masuk ke Indonesia dan dikembangkan oleh K.H Ahmad Dahlan dari organisasi Muhammadiyah dan oleh KH Hasyim Asy‟ari dari Nahdhatul Ulama.
Setelah kita mengetahui tentang sejarah ringkas tentang perjalanan umat Islam dari periode klasik hingga modern dengan berbagai sumbangsih dalam bidang ilmu pengetahuan sebagaimana diatas, maka dapat kita telaah tentang kontribusi Islam dalam peradaban dunia adalah sebagai berikut :
Apabila kita melihat sisi terang dari Masa Pemerintahan Bani Umayah, maka kita akan mengenal dan mendengar nama Abul Aswad Ad-Duali (w. 681 M) yang menyusun gramatika Arab dengan memberikan titik pada huruf-huruf hijaiah yang semula tidak bertitik. Upaya ini sangat berguna untuk memudahkan orang dalam membaca dan mempelajari bahasa Arab agar dapat diketahui maknanya, terutama oleh mereka yang a‟jamī (non-Arab).
Lain halnya dengan Bani Umayah, pemerintahan Bani Abasyiah juga memiliki kontirbisu yang besar. Dimana Masa kejayaan Bani Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid dan anaknya Al-Ma‟mun. Pada masanya ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum berkembang pesat. Perkembangan ilmu agama meliputi, pembukuan sejumlah bidang agama, yaitu fikih, tafsir, hadis, kalam, dan tasawuf. Adapun bidang ilmu pengetahuan umum meliputi filsafat, ilmu kedokteran, ilmu astronomi, farmasi, geografi, sejarah, dan bahasa. Kemajuan ini disebabkan pada orientasi peradaban yang diarahkan pada kemajuan ilmu pengetahuan, dan bukan pada ekspansi perluasan wilayah.
Kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah ini ditentukan setidaknya oleh dua faktor, yaitu terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang telah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan, dan adanya gerakan penerjamahan buku-buku kebudayaan Yunani ke dalam bahasa Arab. Keterbukaan Islam terhadap peradaban bangsa lain membuat Islam semakin maju dan tinggi dalam hal peradaban. Sebenarnya penerjemahan buku Yunani ini nantinya akan memberikan sumbangsih yang besar dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan dunia dalam berbagai bidang, misalnya Filsafat. Dan dalam hal lain pada nantinya akan membantu secara tidak langsung proses Renaisance dunia Barat-Eropa pada waktu-waktu yang selanjutnya.
Penerjemahan buku Ibnu Rusyd ke dalam bahasa Eropa-Barat yang dilakukan pada abad 14-an yang pada akhirnya pada abad ke-16 terjadi reformasi di Eropa sekaligus muncullah rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa yang menyebabkan salah satu faktor Barat menjadi maju seperti sekarang ini. Sebab mereka sudah meneterjemahkan beberapa karya Ibnu Rusyd tersebut. Hal ini bermula ketika banyaknya para pelajar Kristen Eropa yang menimba ilmu di pelbagai Universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordoba, Sevilla, Malaga, Granada, dan Samalanca. Ini menunjukan bahwa Islam bersikap “Welcome” kepada siapa saja yang ingin menimba suatu keilmuan.
Pada masa yang sama, yakni dengan Ibnu Rusyd dalam pemerintahan Dinasty Umayah di Spanyol yang didirikan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil itu, muncullah tokoh Ibnu Bathutah yang membuktikan bahwa Bumi itu bulat. Yang pada masa selanjutnya, yakni pada Galileo baru memunculkan konsep yang sama. Perkembangan pada bidang yang dimaksud disini adalah dalam cabang geografi.
Khalifah Al-Ma‟mun mendirikan pusat riset dan penerjemahan di Baghdad, yang ia beri nama Bait al-Hikmah pada tahun 830 M. Banyak penerjemah handal yang ahli menerjemahkan dan banyak dari mereka adalah non-muslim, seperti Tsabit ibn Qurrah Al-Harrani yang berasal dari Sabean di Harran. Gerakan penerjemahan ini menghasilkan banyak sarjana, seperti, sarjana kimia Jabir ibn Hayyan Al-Azdi Ath-Thusi AshShuff (721-815) yang mengharumkan istana Khalifah Harun Al Rasyid; sarjana yang memiliki prestasi besar seperti Ar-Razi (865-925), dokter klinis terbesar di dunia Islam dan Barat yang mendapat julukan “Galennya Arab”; filsuf muslim pertama yang menguasai filsafat Yunani, Al-Kindi (801-866).
Diterjemahkannya buku Ibnu Sina, yang salah satu karyanya berjudul Al-Qānūn fī al-Thibb sebagai rujukan pada bidang ilmu kedokteran dunia. Khususnya dunia Barat-Eropa.
Munculnya konsep teologi dari tokoh Islam seperti Ibnu Rusyd, Al-Ghazali dan Ibnu Zuhr yang juga merupakan filsuf Islam.
Diterjemahkannya buku karya Plato dan Aristoteles oleh Al-Kindi yang diperintahkan Raja Al-Ma‟mun dan Raja Harun Al-Rasyid pada zaman Abbasiyah. Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin buku tersebut ke dalam bahasa Arab. Dan yang pada akhirnya menjadi rujukan dalam bidang keilmuan filsafat dunia. Hal ini dilakukan pada kala itu karena dikhawatirkan warisan kebudayaan klasik Yunani yang terancam akan kehilangan dan kemusnahannya sehingga penyelidikan-penyelidikan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Aristoteles, Galenus, Ptolemious dan lainnya tidak hilang.
Dalam bidang astronomi dan aljabar, sebut saja Alfaraganus (Abu Abbas Al-Farghani) dan Albattegnius (Muhammad bin Jabir Al-Battani), dimana buku al-Farghani tentang Ringkasan Astronomi diterjemahkan oleh Gerard of Cremona. Ada juga Umar Khayyam, yang menurut Hitti, kalender hasil karyanya lebih tepat dibandingkalender Gregorius. Teori Heliosentris ternyata juga sudah lama dikemukakan oleh Al-Biruni jauh sebelum Copernicus dan Galileo. Dalam matematika, nama Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi sangat masyhur.
Dalam optika dikenal nama Abu Ali Hasan bin Al-Haytsam dengan magnum opusnya Al-Manazib yang di dalamnya ia menentang Teori Euclid. Ia berpendapat bahwa bendalah yang mengirim cahaya ke mata dan bukan sebaliknya. Dari proses pengiriman cahaya itulah timbul gambaran benda dalam mata.
Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan. Periode Hellenistik atau era Hellenistik adalah masa yang berlangsung setelah penaklukan Aleksander Agung.
Transformasi Peradaban Islam Kepada Peradaban Dunia
Sekian lamanya Islam melakukan penyebaran ajarannya, hingga lebih dari 14 abad lamanya. Tentunya dari masa perjuangan tersebut telah menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh dunia saat ini walaupun sudah tidak ada lagi kekuasaan Islam yang mutlak. Karena Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambil keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun dan memajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.
Para tokoh Islam klasik yang telah membangun peradaban di masa itu, dan tidak dilakukan oleh orang-orang barat pada masa kegelapan, adalah dengan mempelajari dan mempertahankan peradaban yunani kuno, serta mengembangkan buah pemikirannya untuk menemukan sesuatu yang baru dari segi filsafat dan ilmu pengetahuan. Seorang pemikir orientalis barat Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalam imam kita selama enam abad”.[7]
Hingga peradaban Islam telah memberi kontribusi besar dalam berbagai bidang khususnya bagi dunia Barat yang saat ini diyakini sebagai pusat peradaban dunia. Kontribusi besar tersebut antara lain :
Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karya-karya kaum Muslim dalam bidang filsafat, sains, dan sebagainya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari Spanyol. Penerjemahan ini sungguh telah memperkaya kurikulum pendidikan dunia Barat.
Kaum muslimin telah memberi sumbangan eksperimental mengenai metode dan teori sains ke dunia Barat.
Sistem notasi dan desimal Arab dalam waktu yang sama telah dikenalkan ke dunia barat.
Karya-karya dalam bentuk terjemahan, kususnya karya Ibnu Sina (Avicenna) dalam bidang kedokteran, digunakan sebagai teks di lembaga pendidikan tinggi sampai pertengahan abad ke-17 M.
Para ilmuwan muslim dengan berbagai karyanya telah merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya dengan kebudayaan Romawi kuno serta literatur klasik yang pada gilirannya melahirkan Renaisance.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan madrasah adalah pendahulu universitas yang ada di Eropa.
Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan.
Sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai lembaga pendidikan tinggi Islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia Barat.
Para ilmuwan Muslim telah menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada Eropa.[8]
Pada kondisi-kondisi tersebut, terutama pada abad ke-11 dan ke-12, walaupun tradisi Islam yang diboyong ke Barat masih belum terjadi pemisahan yang jelas antara ilmu-ilmu yang ada dan ketika itu ilmu kalam, filsafat, tasawuf, ilmu alam, matematika, dan ilmu kedokteran masih bercampur. Akan tetapi Islam telah mampu mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan agama. Sedangkan bangsa Barat pada masa itu masih terdapat stereotipe yang memisahkan antara akal dan iman serta filsafat dan agama. Hal ini juga terjadi pada ilmu pengetahuan dan ilmu alam, yang mana Islam telah berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan kemandirian akal, menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti, dan keserasian Tuhan dengan alam.
Hingga akhirnya filsafat skolastik Barat mencapai puncaknya yang telah didukung oleh adanya pilar Islam dengan dibangunnya akademi-akademi di Eropa yang diadopsi dari gaya akademi di kawasan Timur. Hal ini merupakan evolusi dari illuminisme biara ke kegiatan pemikiran yang dialihkan kesekolahan dan akademi. Dan kurikulum yang diajarkan adalah filsafat lama, dan ilmu-ilmu Islam terutama Averoisme Paris. Pada saat yang sama terjadi perubahan kecenderungan pemikiran dari kesenian dan kasusatraan ke gramatika dan logika, dari retorika ke filsafat dan pemikiran, dan dari paganisme kesusastraan Latin ke penyucian Tuhan sebagai pemikiran Islam.
Demikianlah sumbangan besar Islam atas peradaban dunia Barat, yang selanjutnya jusru dijadikan sebagai pusat peradaban dunia pada saat ini. Hal ini dikarenakan kekonsistensian dunia Barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bahkan karya-karya besar para ilmuwan Muslim tersebut hingga kini masih dapat kita teukan di perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya di Amerika, yang secara profesional dan rapi telah menyimpannya.[9] Sehingga para umat Muslim di masa kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang khasanah Islam tersebut, harus pergi ke negara Barat (non Islam) agar dapat meminta kembali “permata” yang sementara ini telah mereka pinjam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyebaran ajaran Islam dan ekspansinya ke berbagai penjuru dunia telah berhasil membawa kemajuan pada setiap masanya, baik dari segi keagamaan maupun non agama yang berupa ilmu pengetahuan. Berbagai perluasan wilayah kekuasaan peradaban Islam mengakibatkan berbagai bangsa dan kebudayaan bergesekan dengan khazan ke-2 masehi yang tercatat bahwa kekuasaan kaum muslimin telah meliputi wilayah Syam hingga sebagian daerah Afrika. Dengan bertemunya kaum muslimin dengan pemikiran dan filsafat yang dipegang oleh bangsa di luar Arab menjadikan mereka berinteraksi dengannya sekaligus mempelajari pemikiran yang baru dikenalnya.
Setelah interaksi para pemikir Islam dengan pemikiran dan kebudayaan yang baru, muncul ahli-ahli kalam dan para filosof yang mereka berasal dari anak kaum muslimin. Kita mengenal beberapa para pemikir yang populer ditengah-tengah sejarah perkembangan ilmu kalam dan filsafat. misalnya seperti Ibnu Haldun, Ibnu Sina, Al-Kindi, dan Al-Farabi
Para tokoh dan cendekiawan Islam yang telah berhasil mempelajari ilmu-ilmu Yunani dan Sansekerta, telah memberikan pengembangan yang signifikan pada bidangnya masing-masing, jauh sebelum para ilmuwan Barat menemukan teori-teori tentang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian telah memberikan bukti bahwa Islam dan peradaban yang telah dibangunnya pada masa lalu, telah memberikan investasi besar pada pencapaian peradaban dan perdamaian dunia modern saat ini untuk itu dituntut adanya sikap saling menerima dan menghargai perbedaan masing-masing.
Saran
Menyadari banyaknya kesalahan dalam makalah ini, penulis berharap adanya kritik dan saran agar makalah ini dapat menjadi lebih baik, dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Diharapkan pembaca bijak dalam memelihara makalah ini agar pembaca lain dapat memanfaatkannya dengan baik.
Daftar Pustaka
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009)
Ansary, Abdou Filali, Pembaharuan Islam : dari mana dan hendak ke mana?, terj. Machasin, (Bandung : Mizan, 2009)
Hanafi, Hassan, Oksidentalisme : Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, (Jakarta : Paramadina, 2000)
Hodgson, Marshal G.S, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah Peradaban Dunia, (masa klasik Islam), buku ke-2, Peradaban Kekhalifahan Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi Kartanegara, (Jakarta : Paramadina, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar