Senin, 29 April 2019

Peradaban Islam

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di duniam odern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari duniaIslamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), dimensidan poliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnyadiliputi oleh masagelap (Dark Ages) mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment(pencerahan) di Eropa.
Melalui dunia Islam lah mereka mendapat akses untuk mendalamidanmengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut Gore barton, ketika dunia Baratsudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani,melainkan kepada sumber- sumber Arab (Islam).
Islam juga hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah. Akan tetapi, untukselanjutnya Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjurudunia. Dalam perkembangan peradaban dunia memang Islam tidak bisa dilepaskandari perkembangannya sejak dari zaman Rasulullah SAW sampai sekarang pun, islam banyak  memberi kontribusi terhadap dunia. Dari zaman Rasulullah SAW, Islam merubah peradaban yang ada di Jazirah Arab dan sampai sekarang kita masih dapatmerasakan nikmat dari perubahan peradaban yang dibawa Islam. Ajaran Islam yangtelah tersebar ke berbagai penjuru dunia selama berabad-abad tentunya meninggalkantinta emas dan torehan positif berupa khasanah keilmuan bagi peradaban dunia,meskipun tidak ada lagi kekuasaan Islam secara mutlak.
Secara historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan beberapa aspek pada peradaban dunia. Begitupun setelah selesai masakenabian yang ditutup dengan wafatnya Rasulullah SAW, perkembangan dan pemikiran peradaban Islam dalam sejarahnya telah menunjukkan berbagai varian.Varian itu berupa metode, visi, dan kerangka berpikir yang berbeda dari pemikiranyang satu dengan yang lainnya. Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambilkeuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun danmemajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada diatas maka, rumusan masalah yang di dapat adalah sebagai berikut:
Bagaimana kontribusi Islam dalam pengembanagn peradaban dunia?
Bagaimana transformasi peradaban Islam kepada peradaban dunia?
Tujuan
Untuk mengetahui kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia
.untuk mengetahui transformasi peradaban islam kepada peradaban dunia.

BAB II
PEMBAHASAN

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia
Dengan mengetahui tentang lata belakang Islam dari masa periodesasi yang ada, maka nanti kita akan mudah dalam menyimpulkan apa saja kontribusi Islam terhadap peradaban dunia. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Harun Nasution, bahwa dalam sejarah, Islam dicatat dan diringkas menjadi tiga periode, yakni periode  klasik  (650-1250  M),  periode  pertengahan  (1250-1800 M),  dan  periode  modern  (1800  M-sekarang).
Periode klasik terbagi ini menjadi dua, yaitu masa kemajuan Islam I  (650-1000  M)  dan  masa  disintegrasi  (1000-1250  M).  Masa  ini  bisa disebut  sebagai  awal  dari  masa  keemasan Islam. Atau dengan kata lain, masa ini adalah masa dimana Islam tumbuh subur di berbagai belahan bumi, yang mana pada dasarnya Islam ini merupakan agama yang diemban oleh Rasululloh saw dan para rombongan orang-orang pilihan dari gurun yang tandus untuk menaklukan Jazirah Arab dan seluruh dunia untuk mengajak kepada ketauhidan. Yakni mengajak kepada pengakuan hanya ada satu Tuhan saja yang berhak disembah saja, yakni Allah swt.
Singkat cerita, setelah Rasululloh saw mendapat wahyu pertama yakni QS. Al-‘Alaq dan turun setelahnya AL-Mudatsir ayat 1-7 tentang perintah dakwah. Maka Rasulullloh saw segera bergegas untuk menyebarkan Islam ini sebagai agamaRahmatan lil ‘Alamin. Beliau memulai dakwah Islam ini kepada orang-orang yang terdekat terlebih dahulu. Sampai akhirnya beliau mampu untuk membentuk hegemoni masyrakat yang luar biasa hebat dalam Madinah Munawaroh sehingga bertambah kuatlah Islam tersebut. Maka tidak heran apabila pada kala itu dikenal sebagai Golden Age.
Sebelum  Nabi Muhammad  saw.  wafat,  ekspansi  Islam  telah  berhasil  menguasai Semenanjung  Arabia  (Arabian  Peninsula).  Ekspansi  ke  luar  wilayah Arab  baru  dimulai  pada  masa  khalifah  pertama  Abu  Bakar  AshShiddiq. Selain dalam hal ekspansi, pada masa Rasulullah  saw.,  Islam merupakan  jalan  keluar  bagi  kerusakan  akidah  atau  tauhid masyarakat  Arab.  Islam  mengajarkan  menyembah  hanya  kepada Tuhan  Yang  Maha  Esa.
Konsep  tauhid  Islam  inilah  yang  kemudian sebagai  cikal-bakal  dari  lahirnya  integrasi  umat  manusia.  Misi Rasulullah  saw.  ialah  membawa  kedamaian,  persatuan,  dan  kasih sayang  sesama  manusia,  suatu  misi  yang  sangat  berlawanan  bagi kultur  dan  kebiasaan  masyarakat  Arab  Jāhiliyah  yang  selalu mengutamakan kepentingan kelompok masing-masing. Islam  yang  dibawa  oleh  Nabi  Muhammad  saw.  selanjutnya dikembangkan oleh para sahabat.
Masa kemajuan Islam I (bagian dari periode  klasik)  ini  ditandai  oleh  adanya  sejarah  empat  sahabat  Nabi Muhammad yang dalam kajian Islam akrab disebut sebagai Khulafā`ur Rāsyidīn, yaitu Abu Bakar (menjabat sebagai  amīr al-mu‟minīn  tahun 632-634 M), Umar bin Khattab (634-644 M), Utsman bin Affan (644-656 M), dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M). Pada masa ini Islam mulai tersebar  di  luar  wilayah  Semenanjung  Arab.  Terjadi  penaklukan-penaklukan  Islam  terhadap  beberapa  wilayah,  seperti  Damaskus, Mesir, Irak. Palestina, Syiria, dan Persia.
Pergerakan  dari  “kerajaan”  Khulafā`ur  Rāsyidīn  selanjutnya diteruskan oleh Dinasti  Umayyah (661-750 M). Ekspansi penyebaran Islam  semakin  luas  pada  zaman  ini.  Daerah-daerah  yang  dikuasai Islam  pada  masa  ini  adalah  Syiria,  Palestina,  Afrika  Utara,  Irak, Semenanjung  Arabia,  Persia,  Afghanistan,  dan  Asia  Tengah (Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan). Di  samping  itu,  pada  masa  ini  juga  ditandai  dengan berkembangnya  kebudayaan  Arab.
Sumbangsih dan peran  dari  Khalifah  Abdul Malik dengan  perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa  Pahlawi  ke  bahasa  Arab,  membuat  masyarakat  semakin menaruh perhatian terhadap bahasa Arab. Penyair-penyair Arab-baru bermunculan  pada  masa  ini,  seperti  Qays  bin  Al-Mulawwah  (w.  699 M),  Jamil  Al-Udhri  (w.  701  M),  Al-Akhtal  (w.  710  M),  Umar  bin  Abi Rabi‟ah  (w.  719  M),  Al-Farazdaq  (w.  732  M),  dan  Jarir  (w.  792  M). Tidak hanya  itu,  perhatian  dalam bidang  tafsir,  hadis, fikih,  dan  ilmu kalam juga hadir pada masa ini.
Peradaban  Islam  semakin  maju  dengan  perpindahan kekuasaan  dari  Dinasti  Bani  Umayyah  ke  Dinasti  Bani  Abbasiyah. Pusat  kota  kerajaan  Bani  Abbasiyah  terletak  di  Baghdad menggantikan  kota  Damaskus  pada  masa  Dinasti  Umayyah. Perpindahan ibu kota kerajaan ini dilakukan oleh Khalifah Al-Manshur (754-775 M). Pada tahun 775 M kepemimpinan Al-Manshur digantikan oleh  Khalifah  Al-Mahdi  (775-785).  Pada  zaman  ini  perekonomian negara  mulai  meningkat  dengan  berkembangnya  bidang  pertanian dan pertambangan.
Pada  masa  Bani  Abbasiyah  perhatian  terhadap  ilmu pengetahuan  mulai  tumbuh,  khususnya  pada  masa  kepemimpinan Harun  Al-Rasyid  (785-809  M)  dan  Al-Ma‟mun  (813-833).  Perhatian terhadap  ilmu  pengetahuan  ini  ditandai  dengan  penerjemahan  buku buku yang  berbahasa  Yunani dan Bizantium ke  dalam bahasa Arab. Untuk  kegiatan  menerjemahkan  buku-buku  ini,  Khalifah  Al-Ma‟mun mendirikan  Bait  al-Hikmah.  Di  antara  cabang-cabang  ilmu pengetahuan  yang  diutamakan  dalam  Bait  al-Hikmah  ini  adalah  ilmu kedokteran, fisika, geografi, astronomi, optik, sejarah, dan filsafat.
Pada masa kemajuan Islam ini terdapat integrasi dari beberapa cabang ilmu pengetahuan. Dalam ilmu kedokteran, terkenal nama Ar-Razi yang di Eropa dikenal dengan nama  Rhazes. Karya-karyanya di bidang  kedokteran diterjemahkan  ke  dalam  bahasa  Latin  untuk digunakan  di  Eropa.  Selain  Ar-Razi,  yang  tidak  kalah  masyhur  dan terkenal adalah Ibnu Sina seorang filsuf sekaligus dokter. Ia menulis satu  ensiklopedia  dalam  ilmu  kedokteran  berjudul  Al-Qānūn  fī  AthThibb  (Canon  of  Medicine).  Buku  ini  digunakan  di  Eropa  sampai pertengahan kedua dari abad XVII.
Integrasi juga terjadi dalam bidang bahasa,  kebudayaan,  astronomi,  optik,  ilmu  kimia,  geografi,  dan filsafat. Yang  menarik,  pada  periode  ini  pula  ilmu-ilmu  keagamaan dalam Islam mulai disusun. Dalam bidang penyusunan hadisterkenal nama  Imam  Bukhari  dan  Muslim.  Dalam bidang  fikih, terkenal  nama Imam  Abu  Hanifah,  Imam  Malik  bin  Anas,  Imam  Syafi‟i,  dan  Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ath-Thabari terkenal dalam bidang tafsir dan Ibnu  Hisyam  terkenal  dalam  bidang  sejarah.
Perumusan  konsep teologi dihadirkan oleh Washil bin Atha‟, Ibnu Huzail Al-Allaf dan lainlain dari golongan Muktazilah.  Adapun dari Ahlu Sunnah, terkenal Abu Hasan  Al-Asy‟ari  dan  Al-Maturidi.  Dalam  bidang  tasawuf,  terdapat nama  Abu  Yazid  Al-Busthami,  Husain  bin  Mansur  Al-Hallaj,  dan sebagainya.  Periode  ini  merupakan  masa  peradaban  Islam  yang tertinggi dari periode-periode yang ada.
Dalam  perkembangan  selanjutnya  Islam  mengalami disintegrasi  politik  dan  perpecahan  di  kalangan  umat  yang menyebabkan  Islam  mundur  dari  pentas  atau  panggung  peradaban dunia.  Ditambah  dengan  upaya diterjemahkannya  buku-buku  ilmu pengetahuan dan filsafat karangan para ahli dan filsuf Islam ke dalam bahasa  Eropa  pada  abad  ke-12  M,  menandai  berakhirnya  fase kemajuan  Islam  I  (650-1000  M).  Periode  ini  disebut  dengan  masa disintegarsi  (1000-1250  M).  Masa  ini  ditandai  dengan  adanya kerajaan-kerajaan  independen  yang  ingin  memisahkan  diri  dari kepemimpinan  seorang  khalifah.  Disintegrasi  politik  tersebut  yang menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam.
periode pertengahan (1250-1800 M). Pada zaman  ini  tidak  ada  perkembangan  yang  berarti  bagi  peradaban Islam,  kecuali  hanya  sedikit.  Perkembangan  itu  pun  hanya  bersifat memperluas kekuasaan Islam ke dalam beberapa wilayah, seperti di Mesir, India, Persia, Turki, dan lain-lain. Rekaman sejarah yang paling terlihat  dan  dikenal  masyarakat  pada  umumnya  pada  zaman  ini adalah  penaklukan  Konstantinopel  dari  Kerajaan  Bizantium  pada tahun 1453 M oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (1451-1481 M).
Pada  zaman  ini  terdapat  tiga  kerajaan  besar,  yaitu  Kerajaan Utsmani  di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Masing-masing dari kerajaan ini tidak memperlihatkan kontribusi bagi  peradaban  Islam  secara  signifikan.
Peperangan  demi peperangan  bahkan  sering terjadi pada masa tiga kerajaan besar ini untuk  menguasai  wilayah  tertentu.  Disintegrasi  politik  pada  masa  ini terlihat  semakin  besar  dibandingkan  dengan  masa  Bani  Abbasiyah dan sekaligus menandai berakhirnya perkembangan peradaban Islam.
Pada saat Islam sibuk dan kerepotan dengan merespon tumbuh  perpolitikan yang  rumit  itu,  di  Barat  mulai  tumbuh  kesadaran  untuk  menaruh perhatian  lebih  terhadap  ilmu  pengetahuan.  Inilah yang kita kenal dengan istilahRenaisance. Oleh  karena  itu,  umat Islam  tidak  hanya  berdiam  diri  melihat  kegemilangan  dunia  Barat, tetapi  membuat  pola  perubahan  kiblat  pengetahuan  dari  yang sebelumnya  berkiblat  kepada  peradaban  Yunani,  menjadi  berkiblat kepada  peradaban  Barat.  Masa  ini  disebut  dengan 
periode  modern (1800 M - Sekarang), Untuk memperbaiki kondisi peradaban dalam diri Islam yang ada, maka sejumlah  tokoh  Islam melakukan  pembaruan  pemikiran Islam  atau modernisasi  dalam  Islam  untuk mengembalikan  kejayaan Islam.  Beberapa tokoh  pembaru  itu  di  antaranya  seperti  di  Mesir terkenal nama Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan Jamal uddin AlAfghani. Di India  pembaruan dilakukan oleh  Sir Sayyid Ahmad Khan, Sayyid  Amir  Ali  dan  Muhammad  Iqbal.  Ide  pembaruan  itu  sampai masuk ke Indonesia  dan  dikembangkan  oleh K.H Ahmad Dahlan dari organisasi  Muhammadiyah  dan  oleh  KH  Hasyim  Asy‟ari  dari Nahdhatul Ulama.
Setelah kita mengetahui tentang sejarah ringkas tentang perjalanan umat Islam dari periode klasik hingga modern dengan berbagai sumbangsih dalam bidang ilmu pengetahuan sebagaimana diatas, maka dapat kita telaah tentang kontribusi Islam dalam peradaban dunia adalah sebagai berikut :
Apabila kita melihat sisi terang dari Masa Pemerintahan Bani Umayah, maka kita akan mengenal dan mendengar nama Abul  Aswad  Ad-Duali  (w.  681  M)  yang  menyusun gramatika Arab dengan memberikan titik pada huruf-huruf hijaiah yang semula  tidak  bertitik.  Upaya  ini  sangat  berguna  untuk  memudahkan orang  dalam  membaca  dan  mempelajari  bahasa  Arab  agar  dapat diketahui maknanya, terutama oleh mereka yang a‟jamī (non-Arab).
Lain halnya dengan Bani Umayah, pemerintahan Bani Abasyiah juga memiliki kontirbisu yang besar. Dimana Masa  kejayaan  Bani  Abbasiyah  terjadi  pada  masa  Khalifah Harun  Al-Rasyid  dan  anaknya  Al-Ma‟mun.  Pada  masanya  ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum berkembang pesat. Perkembangan  ilmu  agama  meliputi,  pembukuan  sejumlah  bidang agama,  yaitu  fikih,  tafsir,  hadis,  kalam,  dan  tasawuf.  Adapun  bidang ilmu  pengetahuan  umum  meliputi  filsafat,  ilmu  kedokteran,  ilmu astronomi,  farmasi,  geografi,  sejarah,  dan  bahasa.  Kemajuan  ini disebabkan pada orientasi peradaban yang diarahkan pada kemajuan ilmu pengetahuan, dan bukan pada ekspansi perluasan wilayah.
Kemajuan  peradaban  Islam  pada  masa  Bani  Abbasiyah  ini ditentukan setidaknya oleh dua faktor, yaitu terjadinya asimilasi antara bangsa  Arab  dengan  bangsa-bangsa  lain  yang  telah  mengalami perkembangan ilmu pengetahuan, dan adanya gerakan penerjamahan buku-buku  kebudayaan  Yunani  ke dalam  bahasa  Arab. Keterbukaan Islam terhadap peradaban bangsa lain membuat Islam semakin maju dan tinggi dalam hal peradaban. Sebenarnya penerjemahan buku Yunani ini nantinya akan memberikan sumbangsih yang besar dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan dunia dalam berbagai bidang, misalnya Filsafat. Dan dalam hal lain pada nantinya akan membantu secara tidak langsung proses Renaisance dunia Barat-Eropa pada waktu-waktu yang selanjutnya.
Penerjemahan buku Ibnu Rusyd ke dalam bahasa Eropa-Barat yang dilakukan pada abad 14-an yang pada akhirnya pada abad  ke-16 terjadi reformasi di Eropa sekaligus muncullah rasionalisme  pada  abad ke-17 M di Eropa yang menyebabkan salah satu faktor Barat menjadi maju seperti sekarang ini. Sebab mereka sudah meneterjemahkan beberapa karya Ibnu Rusyd tersebut. Hal ini bermula ketika banyaknya  para  pelajar  Kristen  Eropa  yang menimba  ilmu  di  pelbagai  Universitas  Islam  di  Spanyol,  seperti Universitas  Cordoba,  Sevilla,  Malaga,  Granada,  dan  Samalanca. Ini menunjukan bahwa Islam bersikap “Welcome” kepada siapa saja yang ingin menimba suatu keilmuan.
Pada masa yang sama, yakni dengan Ibnu Rusyd dalam pemerintahan Dinasty Umayah di Spanyol yang didirikan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil itu, muncullah tokoh Ibnu Bathutah yang membuktikan bahwa Bumi itu bulat. Yang pada masa selanjutnya, yakni pada Galileo baru memunculkan konsep yang sama. Perkembangan pada bidang yang dimaksud disini adalah dalam cabang geografi.
Khalifah  Al-Ma‟mun  mendirikan  pusat riset  dan  penerjemahan  di  Baghdad,  yang  ia  beri  nama  Bait  al-Hikmah  pada tahun 830 M. Banyak penerjemah handal yang ahli menerjemahkan  dan  banyak  dari  mereka  adalah  non-muslim, seperti  Tsabit ibn Qurrah  Al-Harrani  yang berasal  dari Sabean di Harran.  Gerakan  penerjemahan  ini  menghasilkan  banyak  sarjana, seperti,  sarjana  kimia  Jabir  ibn  Hayyan  Al-Azdi  Ath-Thusi  AshShuff  (721-815)  yang  mengharumkan  istana  Khalifah  Harun  Al Rasyid;  sarjana yang memiliki prestasi besar seperti Ar-Razi (865-925),  dokter  klinis  terbesar  di  dunia  Islam  dan  Barat  yang mendapat  julukan  “Galennya  Arab”;  filsuf  muslim  pertama  yang menguasai  filsafat  Yunani,  Al-Kindi  (801-866).
Diterjemahkannya buku Ibnu  Sina, yang  salah  satu  karyanya  berjudul  Al-Qānūn  fī  al-Thibb sebagai rujukan pada bidang ilmu kedokteran dunia. Khususnya dunia Barat-Eropa.
Munculnya konsep teologi dari tokoh Islam seperti Ibnu Rusyd,  Al-Ghazali dan Ibnu Zuhr yang juga merupakan filsuf Islam.
Diterjemahkannya buku karya Plato dan Aristoteles oleh Al-Kindi  yang diperintahkan Raja Al-Ma‟mun dan Raja Harun Al-Rasyid pada zaman  Abbasiyah. Al-Kindi diperintahkan  untuk  menyalin  buku tersebut ke dalam  bahasa Arab. Dan yang pada akhirnya menjadi rujukan dalam bidang keilmuan filsafat dunia. Hal ini dilakukan pada kala itu karena dikhawatirkan warisan kebudayaan klasik Yunani yang terancam akan kehilangan dan kemusnahannya sehingga penyelidikan-penyelidikan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Aristoteles, Galenus, Ptolemious dan lainnya tidak hilang.
Dalam bidang astronomi dan aljabar, sebut saja Alfaraganus (Abu Abbas Al-Farghani) dan Albattegnius (Muhammad bin Jabir Al-Battani), dimana buku al-Farghani tentang Ringkasan Astronomi diterjemahkan oleh Gerard of Cremona. Ada juga Umar Khayyam, yang menurut Hitti, kalender hasil karyanya lebih tepat dibandingkalender Gregorius. Teori Heliosentris ternyata juga sudah lama dikemukakan oleh Al-Biruni jauh sebelum Copernicus dan Galileo. Dalam matematika, nama Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi sangat masyhur.
Dalam optika dikenal nama Abu Ali Hasan bin Al-Haytsam dengan magnum opusnya Al-Manazib yang di dalamnya ia menentang Teori Euclid. Ia berpendapat bahwa bendalah yang mengirim cahaya ke mata dan bukan sebaliknya. Dari proses pengiriman cahaya itulah timbul gambaran benda dalam mata.
Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan. Periode Hellenistik atau era Hellenistik adalah masa yang berlangsung setelah penaklukan Aleksander Agung.
Transformasi Peradaban Islam Kepada Peradaban Dunia
Sekian lamanya Islam melakukan penyebaran ajarannya, hingga lebih dari 14 abad lamanya.  Tentunya dari masa perjuangan tersebut telah menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh dunia saat ini walaupun sudah tidak ada lagi kekuasaan Islam yang mutlak. Karena Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambil keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun dan memajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.
Para tokoh Islam klasik yang telah membangun peradaban di masa itu, dan tidak dilakukan oleh orang-orang barat pada masa kegelapan, adalah dengan mempelajari dan mempertahankan peradaban yunani kuno, serta mengembangkan buah pemikirannya untuk menemukan sesuatu yang baru dari segi filsafat dan ilmu pengetahuan. Seorang pemikir orientalis barat Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalam imam kita selama enam abad”.[7]
Hingga peradaban Islam telah memberi kontribusi besar dalam berbagai bidang khususnya bagi dunia Barat yang saat ini diyakini sebagai pusat peradaban dunia. Kontribusi besar tersebut antara lain :
Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karya-karya kaum Muslim dalam bidang filsafat, sains, dan sebagainya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari Spanyol. Penerjemahan ini sungguh telah memperkaya kurikulum pendidikan dunia Barat.
Kaum muslimin telah memberi sumbangan eksperimental mengenai metode dan teori sains ke dunia Barat.
Sistem notasi dan desimal Arab dalam waktu yang sama telah dikenalkan ke dunia barat.
 Karya-karya dalam bentuk terjemahan, kususnya karya Ibnu Sina (Avicenna) dalam bidang kedokteran, digunakan sebagai teks di lembaga pendidikan tinggi sampai pertengahan abad ke-17 M.
Para ilmuwan muslim dengan berbagai karyanya telah merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya dengan kebudayaan Romawi kuno serta literatur klasik yang pada gilirannya melahirkan Renaisance.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan madrasah adalah pendahulu universitas yang ada di Eropa.
Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan.
Sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai lembaga pendidikan tinggi Islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia Barat.
Para ilmuwan Muslim telah menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada Eropa.[8]
Pada kondisi-kondisi tersebut, terutama pada abad ke-11 dan ke-12, walaupun tradisi Islam yang diboyong ke Barat masih belum terjadi pemisahan yang jelas antara ilmu-ilmu yang ada dan ketika itu ilmu kalam, filsafat, tasawuf, ilmu alam, matematika, dan ilmu kedokteran masih bercampur. Akan tetapi Islam telah mampu mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan agama. Sedangkan  bangsa Barat pada masa itu masih terdapat stereotipe yang memisahkan antara akal dan iman serta filsafat dan agama. Hal ini juga terjadi pada ilmu pengetahuan dan ilmu alam, yang mana Islam telah berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan kemandirian akal, menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti, dan keserasian Tuhan dengan alam.
Hingga akhirnya filsafat skolastik Barat mencapai puncaknya yang telah didukung oleh adanya pilar Islam dengan dibangunnya akademi-akademi di Eropa yang diadopsi dari gaya akademi di kawasan Timur. Hal ini merupakan evolusi dari illuminisme biara ke kegiatan pemikiran yang dialihkan kesekolahan dan akademi. Dan kurikulum yang diajarkan adalah filsafat lama, dan ilmu-ilmu Islam terutama Averoisme Paris. Pada saat yang sama terjadi perubahan kecenderungan pemikiran dari kesenian dan kasusatraan ke gramatika dan logika, dari retorika ke filsafat dan pemikiran, dan dari paganisme kesusastraan Latin ke penyucian Tuhan sebagai pemikiran Islam.
Demikianlah sumbangan besar Islam atas peradaban dunia Barat, yang selanjutnya jusru dijadikan sebagai pusat peradaban dunia pada saat ini. Hal ini dikarenakan kekonsistensian dunia Barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bahkan karya-karya besar para ilmuwan Muslim tersebut hingga kini masih dapat kita teukan di perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya di Amerika, yang secara profesional dan rapi telah menyimpannya.[9] Sehingga para umat Muslim di masa kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang khasanah Islam tersebut, harus pergi ke negara Barat (non Islam) agar dapat meminta kembali “permata” yang sementara ini telah mereka pinjam.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyebaran ajaran Islam dan ekspansinya ke berbagai penjuru dunia telah berhasil membawa kemajuan pada setiap masanya, baik dari segi keagamaan maupun non agama yang berupa ilmu pengetahuan. Berbagai perluasan wilayah kekuasaan peradaban Islam mengakibatkan berbagai bangsa dan kebudayaan bergesekan dengan khazan ke-2 masehi yang tercatat bahwa kekuasaan kaum muslimin telah meliputi wilayah Syam hingga sebagian daerah Afrika. Dengan bertemunya kaum muslimin dengan pemikiran dan filsafat yang dipegang oleh bangsa di luar Arab menjadikan mereka berinteraksi dengannya sekaligus mempelajari pemikiran yang baru dikenalnya.
Setelah interaksi para pemikir Islam dengan pemikiran dan kebudayaan yang baru, muncul ahli-ahli kalam dan para filosof yang mereka berasal dari anak kaum muslimin. Kita mengenal beberapa para pemikir yang populer ditengah-tengah sejarah perkembangan ilmu kalam dan filsafat. misalnya seperti Ibnu Haldun, Ibnu Sina, Al-Kindi, dan Al-Farabi
Para tokoh dan cendekiawan Islam yang telah berhasil mempelajari ilmu-ilmu Yunani dan Sansekerta, telah memberikan pengembangan yang signifikan pada bidangnya masing-masing, jauh sebelum para ilmuwan Barat menemukan teori-teori tentang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian telah memberikan bukti bahwa Islam dan peradaban yang telah dibangunnya pada masa lalu, telah memberikan investasi besar pada pencapaian peradaban dan perdamaian dunia modern saat ini untuk itu dituntut adanya sikap saling menerima dan menghargai perbedaan masing-masing.
Saran
Menyadari banyaknya kesalahan dalam makalah ini, penulis berharap adanya kritik dan saran agar makalah ini dapat menjadi lebih baik, dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Diharapkan pembaca bijak dalam memelihara makalah ini agar pembaca lain dapat memanfaatkannya dengan baik.

Daftar Pustaka
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009)
Ansary, Abdou Filali, Pembaharuan Islam : dari mana dan hendak ke mana?, terj. Machasin, (Bandung : Mizan, 2009)
Hanafi, Hassan, Oksidentalisme : Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, (Jakarta : Paramadina, 2000)
Hodgson, Marshal G.S, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah Peradaban Dunia, (masa klasik Islam), buku ke-2, Peradaban Kekhalifahan Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi Kartanegara, (Jakarta : Paramadina, 2002)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar